Suatu hari teman saya tiba-tiba menelpon, curhat karena merasa belakangan ini ia cepat sekali tersinggung, cepat lupa, gelisah, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Akibatnya produktivitasnya jadi sangat merosot, tidak bisa memenuhi deadline pekerjaan dan yang paling terasa adalah ia mulai merasa putus asa dan depresi.
Dia sudah berkonsultasi dengan dokter via konsultasi secara online, dan diagnosa awal dari dokter, penyakit yang ia derita adalah gejala Cabin Fever. Cabin fever adalah serangkaian emosi negatif dan sensasi stres yang mungkin dihadapi ketika seseorang merasa terisolasi dari dunia luar. Memang sejak awal mula pandemic COVID-19, teman saya ini jarang sekali keluar dari apartemennya. Dia takut karena apartemennya terletak di sebuah superblok dengan banyak tower dan ribuan penghuni. Kebanyakan unitnya juga disewakan harian, sehingga orang berganti-ganti masuk ke gedung apartemen tersebut. Menurutnya untuk naik lift saja ia harus berpikir berulang kali dan benar-benar menunggu sampai kondisi agak kosong yang mana sulit sekali mengingat begitu banyak orang mondar-mandir.
Dokternya menyarankan beberapa jalan untuk mengatasi gejala ini ia melakukan beberapa hal, yaitu:
1.Tetap menjalankan rutinitas seperti biasa.
Bekerja sesuai dengan jam yang ditentukan, dan menjalani jadwal harian seperti saat sebelum pandemic.
2. Coba cari rutinitas atau hobby baru.
Coba hal baru seperti berkebun, atau bisa juga mencoba dengan mengikuti kelas-kelas online untuk sebuah pengetahuan baru.
3. Ubah layout apartemen
Secara rutin pindahkan furniture terutama spot meja kerjanya, dimana kita banyak melakukan aktivitas setiap harinya.
4. Tetap aktif berolahraga
Riset menunjukkan, orang yang tidak berolahraga secara teratur relatif lebih rentan terhadap kecemasan. Ini karena olahraga menurunkan hormon stres tubuh, seperti kortisol. Pada saat yang sama, olahraga juga membuat otak melepaskan endorfin, senyawa yang dapat meningkatkan suasana hati.
5. Tetap menjalin hubungan dengan dunia luar.
Kita memang sedang sulit untuk bertemu dengan teman-teman seperti biasa, Tapi, kita tetap bisa “bertemu” dengan mereka dengan cara berbeda, dengan memanfaatkan teknologi seperti video call atau saling sapa di jejaring sosial. Tetap terhubung dengan orang lain yang juga menghadapi situasi yang sama akan membantu kita merasa bahwa kita tidak sendirian.
Teman saya sudah berusaha menerapkan hal-hal tersebut di atas, tapi beberapa hal seperti poin 2 dan 3 masih sulit dia lakukan karena keterbatasan area dan kehilangan motivasi.
Akhirnya saya usulkan, bagaimana kalau coba berlibur, mengingat saat ini sebenarnya sudah banyak orang yang berlibur, dengan tetap menerapkan protokol kebersihan. Mungkin staycation di hotel atau tempat lain yang tidak terlalu jauh, tapi setidaknya ada perubahan suasana. Tapi kemudian saya ingat dengan unit apartemen Marigold di Nava Park milik orang tua saya yang saat ini sedang kosong. Saya pun menawarkan apakah ia mau untuk “staycation” selama beberapa hari di Apartemen Marigold.
Awalnya teman saya agak bingung, karena dia bilang liburan kok ke BSD. Harusnya minimal ke Bandung lah! Tapi akhirnya ia setuju. Dan di akhir minggu ini ia menginap di Apartemen Marigold untuk staycation selama beberapa hari.
Setelah 3 hari, akhirnya ia menghubungi saya. Suaranya terdengar sudah jauh lebih ceria. Dia bertanya apakah ia boleh memperpanjang staycation nya selama beberapa hari. Ia berkata setelah terkungkung berbulan-bulan di apartemennya, ia menemukan surga kecil di Apartemen Marigold.
Dari apartemennya yang ramai, dia menemukan ketenangan di Apartemen Marigold yang memang jumlah unitnya di setiap lantai terbatas. Dia bahkan berani untuk berenang di kolam renang yang punya pemandangan kearah Botanical Park karena suasana kolam renang yang tidak terlalu ramai. Tapi menurut dia yang menjadi highlight dari liburannya di Apartemen Marigold adalah Botanical Park yang terhampar menjadi halaman belakangnya. Dia bisa jogging atau sekedar jalan sore sambil menghirup udara segar ,dengan suasana yang tenang. Dia juga mencoba bersepeda berkeliling cluster Nava Park dengan menggunakan sepeda gratis yang bebas digunakan oleh penghuni.
Baru 3 hari berada di Apartemen Marigold tapi ia merasa kondisi mentalnya sudah jauh lebih baik. Dia ingin sekali bisa pindah ke tempat yang seperti Apartemen Marigold ini walaupun menurut dia itu kaya mimpi yang ketinggian. Mana mungkin dia bisa tinggal di apartemen semewah ini, di lingkungan Nava Park yang super eksklusif di tengah BSD City
[URIS id=8259]
Saya bilang kenapa nggak mungkin, toh sekarang ada program Move In Quickly. Bisa dapat diskon sampai 10 %, kalau ia mengambil KPA bunganya hanya 3,88% dan free biaya KPA. Yang lebih penting lagi, dia bebas biaya IPL selama 24 tahun.
Mengetahui informasi ini ternyata teman saya langsung berkalkulasi dan bergerak dengan cepat. Tidak sampai 2 minggu dari terakhir kami bicara, dia sudah menjual apartemen lamanya dan memutuskan untuk membeli di Apartemen Marigold. Ia bahkan mengajak saya untuk menjadi tamu pertama di apartemen barunya. Hitung-hitung balas budi sudah membebaskan dia dari gejala Cabin Fever selama-lamanya.