Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap

Hai Observer, saya yakin pasti banyak diantara Observer yang kerajingan nonton drama korea atau yang suka kita sebut drakor. Awalnya saya kurang tertarik, tapi setelah menonton drakor pertama saya yaitu Reply 1988, saya mulai tertarik dengan drakor ini, dan mulai mencari-cari drakor lain yang juga menarik.

Drakor-drakor ini cukup memberikan gambaran kehidupan masyarakat Korea Selatan pada umumnya. Namun salah satu yang menarik perhatian saya adalah keseriusan anak-anak Korea Selatan dalam menimba ilmu, dan bagaimana orang tua berusaha mendorong mereka untuk mencapai hasil terbaik. Salah satu drakor yang menggambarkan hal ini adalah Sky Castle.

Saya pun mulai browsing mengenai kehidupan pelajar di Korea Selatan, dan jujur saja saya cukup shock setelah mengetahui fakta-fakta yang ada.

Korea1

Misal, rata-rata siswa Sekolah Menengah Atas di Korea menghabiskan total 16 jam per hari untuk belajar. Pelajaran di sekolah dimulai pada pukul 8:00 dan berakhir pada pukul 17:00, kemudian mereka masih melanjutkan belajar di Hagwon. Hagwon ini kalau di Indonesia mungkin dikenal sebagai Bimbingan Belajar ya. Para siswa ini biasanya baru selesai belajar di Hagwon pada pukul 22:00. Sesampainya di rumah mereka masih harus mengerjakan soal-soal latihan dan tugas sekolah, dan baru bisa beristirahat pada pukul 1 atau 2 dinihari.

Korea2

Korea3

Selain itu berbeda dengan kebanyakan sekolah di Indonesia yang libur pada hari Sabtu, rata-rata sekolah di Korea Selatan masih memiliki sistem 5,5 hari sekolah, sehingga di hari Sabtu mereka masih bersekolah ½ hari. Atau ada 2 hari Sabtu dalam satu bulan dimana mereka masuk dan bersekolah seperti biasa. Jadi, dalam setahun, pelajar di Korea rata-rata bersekolah sampai 220 hari. Ini jauh lebih banyak daripada pelajar di Amerika Serikat yang hanya sekitar 180 hari per tahunnya, padahal keduanya sama-sama memiliki liburan musim panas dan dingin

Luar biasa ya perjuangan para siswa ini untuk mempersiapkan diri guna berkompetisi masuk ke perguruan tinggi negeri terbaik.

Tidak hanya siswa SMA, ternyata siswa SMP dan bahkan siswa SD pun banyak yang sudah mendaftar hagwon. Menurut Young Chun Kim dalam bukunya “Shadow Education and the Curriculum and Culture of Schooling in South Korea”, 8 dari 10 siswa SD di Korea mendaftar ke Hagwon. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Untuk siswa sekolah menengah biasanya difokuskan pada bidang akademik, sementara siswa sekolah dasar bisa memilih antara bidang akademik, seni, atau olahraga.

Walaupun tidak seketat Hagwon di Korea, budaya bimbingan belajar atau tempat kursus juga sudah menjadi hal yang biasa di Indonesia. Untuk bimbingan belajar terutama diminati oleh mereka yang sudah berada di tingkat terakhir dan sedang mempersiapkan diri untuk meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya. Peluang inilah yang saya lihat cukup baik untuk usah, yaitu usaha bimbingan belajar dan after school activities lainnya.

Tapi tentu saja peluang ini harus didukung oleh faktor-faktor lain, terutama faktor lokasi dan konsep ruang usaha. Untuk bangunan, saya sudah memutuskan untuk mencari ruko tapi dalam pelaksanaannya mencari ruko yang pas ternyata tidak mudah ya. Walau sudah mempersempit menjadi beberapa pilihan, namun ada beberapa hal yang membuat tidak sreg seperti lahan parkir yang tidak memadai, kondisi bangunan yang perlu banyak diperbaiki, atau malah kondisi ruko lain di sekitarnya tidak mendukung untuk situasi belajar yang kondusif.

Sampai akhirnya seorang teman mengajak melihat ke Daikanyama. Sejujurnya saya sudah penasaran dengan Daikanyama. Tapi mengingat lokasinya yang ada di dalam The Zora, saya agak ciut karena yakin harganya pasti tinggi.

Korea4

Ketika akhirnya kami sampai di lokasi dan melihat unit contoh, saya merasa bahwa ini adalah unit yang tepat. Untuk potensial market tak perlu dipikirkan lagi karena lokasinya yang terletak di dalam Cluster The Zora, yang sudah dihuni oleh ratusan keluarga dengan usia anak yang amat beragam. Selain itu posisi yang berdekatan dengan perumahan yang high profile dan family oriented ini juga sekaligus membuat kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif karena usaha-usaha yang tidak family oriented akan tereliminir dengan sendirinya.

Korea5

Konsep bangunannya juga jauh berbeda dengan ruko-ruko yang sudah saya datangi. Yang jelas kualitas bangunan jauh lebih baik, dengan desain fasad yang terlihat lebih WAH. Akses keluar masuk juga memudahkan calon siswa untuk mengakses ruang belajar tanpa harus mengganggu aktivitas belajar siswa lain, karena ada akses private khusus untuk setiap lantainya.

Korea6

Kemudian di lantai paling atas juga ada rooftop, yang bisa digunakan untuk area café sehingga anak-anak bisa beristirahat dan ngemil sambil menunggu waktu les.

Korea7

Walau memang harganya cukup tinggi, tapi saya pikir nilai dan potensi pasar dari Daikanyama sendiri sangat sepadan dengan nilai investasi yang harus dikeluarkan asalkan kita jeli melihat peluang dan bisa memenuhi apa yang diperlukan oleh market yang ada.

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *