“Hanya mengawasi pos pengeluaran kecil kita bisa menghasilkan asset “
A Cappuccino A Day To Own The Best Property in Indonesia
Sering kali kita dengar komentar “uh, seandainya saja saya berpenghasilan lebih, pasti saya akan kaya raya!”
Sebenarnya benar tidak ya bahwa penghasilan lebih merupakan pangkal kaya? Sekilas, jawabannya ya, betul. Tapi coba kita fikirkan lagi. Bukankah realitasnya lebih besar penghasilan, lebih besar pula pengeluaran? Hm. Gaji naik, maka, lebih sering nonton ke bioskop, lebih sering makan di restoran baru, lebih sering beli baju baru. Sepertinya semua bersekutu agar semua penghasilan kita beralih ke barang-barang konsumtif ya? Bahkan belum ada uangnya pun kita sudah digoda habis-habisan untuk membelanjakan uang kita. Coba deh lihat menjelang tahun baru atau lebaran. Segala iklan “special edition” atau “special offer” tampak semakin gencar malambai-lambai baik melalui instragram, televisi, billboard di lampu merah dan lokasi umum lainnya.
Seorang pakar personal finance, David Bach, berpendapat bahwa agar lebih baik secara financial, kita perlu mengawasi pos pengeluaran kecil kita. Saya sempat pause sejenak ketika membaca pendapat beliau ini. Lalu, iseng saya ambil kalkulator. Apabila setiap hari (terutama hari kerja), saya rutin membeli secangkir kopi seharga Rp. 50,000 / cangkir plus snack seharga Rp. 20,000, maka dalam satu tahun, saya bisa menghemat sekitar Rp. 21,000,000 atau setara dengan 35gr emas. Apabila saat ini Observer berumur 25 tahun dan berencana untuk pensiun di umur 65, maka pengurangan dana pensiun Observer di umur 65 tahun ini adalah sebesar Rp. 840,000,000! Dan angka itu belum termasuk bunga dari investasi seandainya dana tersebut diinvestasikan lho!
Ini baru dari satu item jajanan lho Observer. Saya jadi mikir keras nih gara-gara Pak Bach!
Saking penasaran ditambah deg-degan karena tahu saya seringkali ceroboh dalam mengeluarkan uang, saya mencoba duduk tenang sambil mengevaluasi semua kondisi keuangan saya. Saya juga memutuskan untuk menuliskan dengan detail, item jajanan saya setiap hari, berapa jumlahnya dan berusaha objektif menentukan apakah pengeluaran tersebut benar-benar perlu atau hanya tindakan impulsive saja. Ya ampun Observer. Betapa banyak inefisiensi saya:
1. Kopi premium Rp. 50,000 / hari
2. Snack / buah potong Rp. 20,000 / hari
3. Ongkos Gojek / Gosend karena lupa bawa barang atau untuk membeli sesuatu Rp. 10,000 – Rp. 15,000 / hari
4. Beli makanan di luar untuk lunch (2-3 kali seminggu) Rp. 300,000 / minggu
Total inefisiensi ini per bulan Rp. 3,200,000!!!
Tahu tidak Observer? Jumlah cicilan KPR per bulan untuk mendapatkan rumah idaman di Asatti BSD yang dilengkapi dengan Whirlpool dan kolam renang sepanjang 180 m adalah as low as Rp. 4,500,000 / bulan!!. OMG, lebih dari setengahnya sudah tercover dari kopi dan jajanan saya!!! Nah ini membuktikan bahwa untuk mencapai titik mapan, bukan hanya penghasilan yang harus difokuskan karena penghasilan tidak akan pernah cukup.
Tapi gimana ya supaya bisa lebih disiplin dengan pengeluaran? Salah satu caranya adalah dengan rajin mencatat pengeluaran Observer. Saat ini berbagai metode pencatatan sudah tersedia dari mulai yang canggih berbentuk Apps, sampai catat manual di notes kecil yang mudah dibawa kemana-mana. Saya sih sejujurnya masih pakai cara jadul mengandalkan notes kecil. Apapun, yang penting dicatat dan dievaluasi dengan objektif, mana yang perlu mana yang bisa digantikan dengan cara lain yang lebih murah. Selamat menabung dan berinvestasi ya Observer.