The Story of LaCroix, and How Avoid the Same Mistakes

 

Salah satu klien saya adalah seorang pengusaha yang cukup giat mengejar impian. Perusahaan awal yang didirikannya cukup unik, yaitu pabrikasi air minum dalam kemasan. Usaha ini cukup berhasil karena keberaniannya untuk masuk ke daerah di luar Jawa dengan menggunakan nilai-nilai dan bahasa lokal dalam memasarkan produknya. Dari Investasinya ini dia berhasil mengumpulkan modal untuk investasi lainnya termasuk rumah kos Alesha di BSD City dan rumah di Cluster Caelus juga di BSD City. Alasannya membeli rumah kos di Alesha, jelas untuk menambah passive income-nya sementara rumah di Caelus dianggap tepat sebagai tempat tinggal anaknya yang akan memulai kuliah di Prasetya Mulia.

[URIS id=4847]

 

Young beautiful woman having headache working on computer at home
               Stress juga perlu di manage ya observer

Sebenarnya, tugas saya untuk klien ini hanya melakukan fungsi pembukuan dan pencatatan. Dikarenakan berkali-kali berganti personel keuangan sehingga biaya training meningkat, outsourcing sebagian fungsi keuangan dan akuntansi ini menjadi pilihan yang lebih menarik. Dalam menjalankan fungsi ini, tentu saya ikut mengevaluasi financial performance mereka dan terus terang, lampu kuning mulai menyala. Penjualan turun drastis dan cashflows sudah mulai tersendat. Dua karyawan senior pun mulai mengundurkan diri karena frustrasi. Rupanya klien saya ini, sulit mendengarkan keluhan dan masukan bawahannya. Semua keputusan dibuat oleh dirinya tetapi, pada saat ada yang salah, maka karyawanlah yang menjadi sasaran empuk. Padahal, menghadapi persaingan tentu akan semakin baik dengan semakin banyak ide dan masukan dari berbagai orang.

 

Walaupun dalam skala yang berbeda, kasus ini mengingatkan saya pada LaCroix. LaCroix merupakan minuman bersoda dengan rasa yang funky dan dengan design label bernuansa retro asal Amerika Serikat. Minuman ini sempat merajai pasar minuman bersoda di US mengalahkan Coca Cola dan Pepsi pada periode 2013 – 2017. Di tahun 2018, masalah demi masalah dihadapi oleh LaCroix dari mulai tuntutan hukum karena mangklaim produknya menggunakan bahan alami padahal terbukti menggunakan substansi kimia, hingga kesalahan investasi yang menyebabkan National Beverage (nama perusahaan yang memproduksi LaCroix) kehilangan banyak uang. Di bulan Mei 2019, harga saham National Beverages terjun bebas sebanyak 62% dibandingkan harga sahamnya di bulan September 2018.

Lacroix
                                                                                LaCroix by National Beverage

 

Nick
                                              Nick Caporella

Salah satu penyebab kegagalan perusahaan ini adalah dominasi Nick Caporella. Pendiri sekaligus CEO National Beverage. Caporella dikenal sangat sulit menerima dan merefleksikan kesalahan atau kelemahan dirinya. Ketika investor National Beverage sudah dalam kondisi panik karena nilai saham FIZZ (kode saham untuk National Beverage) sudah terjun bebas, di bulan Maret 2019, Caporella malah mengeluarkan statement yang kontroversial “We are truly sorry for these results … Negligence nor mismanagement nor woeful acts of God were not the reasons – much of this was the result of injustice!”

 

Salah satu pelajaran penting dalam manajemen dan kepemimpinan adalah “take ownership of your failures”. Ketika seorang pemimpin mengambil tanggung jawab atas kesalahannya membuat keputusan, bawahan akan semakin respek dan bisa meningkatkan loyalitas. Salah satu kunci untuk dapat melakukan ini adalah dengan jujur kepada diri sendiri. Pencapaian apa dan kegagalan apa yang sudah Observer lakukan dalam beberapa waktu terakhir. Akui juga apabila Observer memang memerlukan bantuan. Admitting that you make mistakes and need help are not in any way a sign of weakness.

Naz Behesti, seorang leadership coach di Amerika Serikat, menganjurkan agar kita menciptakan kebiasaan untuk berhenti beberapa saat dari aktivitas kita untuk melakukan self-reflection pada waktu yang sama setiap harinya. Ini adalah kesempatan bagi anda untuk mengatur kembali prioritas anda dan menentukan apa yang penting bagi anda dan apa yang tidak penting. Dalam kegiatan ini, diharapkan Observer bisa menemukan voice yang meyakinkan bahwa karyawan Observer atau kelangsungan hidup perusahaan Observer lebih penting dibandingkan “apa kata orang”.

Naz Behesti
                                                                                     Naz Behesti

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa membantu Observer dalam melakukan self-reflection :
1. Bagaimana perasaan saya?
2. Apa yang ingin saya rasakan?
3. Apa yang harus saya lakukan, pikirkan, rasakan atau dengarkan untuk mencapai perasaan yang saya inginkan tersebut?
4. Apakah tujuan saya hari ini?
5. Apakah yang saya hindari hari ini dan mengapa?
6. Bagaimana saya bisa menjadi pemimpin yang lebih efektif dalam rapat atau diskusi terakhir dengan karyawan saya?
7. Bagaimana saya bisa membantu tim saya untuk mencapai tujuan mereka?

Core Value

Nah, kita semua adalah pemimpin dalam porsi masing-masing, jadi seharusnya kiat self-reflection dari Naz Behesti bisa tepat untuk semua orang. Yuk, kita coba!

Referensi:

  1. https://www.bloomberg.com/features/2019-lacroix-sparkling-water-wars/?srnd=businessweek-v2 – Diakses 7 September 2019
  2. https://www.success.com/the-importance-of-listening-in-leadership/ – Diakses 7 September 2019
  3. https://www.forbes.com/sites/nazbeheshti/2018/09/28/how-a-daily-self-reflection-practice-improves-leadership-performance/#4ed23215aad8 – Diakses 7 September 2019
  4. https://www.cnbc.com/2019/03/08/lacroix-makers-ceo-blames-poor-performance-on-injustice.html – Diakses 8 September 2019.
About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *