Gara-gara Pandemi Covid ini, saya jadi mulai lari lagi. Masalahnya, tepat setelah lebaran, berat badan saya sukses bertambah hingga 4 kilogram dalam 2 bulan! Saya pun mulai merasakan gejala pusing, kebas dan lain-lain yang berhubungan dengan kolesterol tinggi karena memang sebenarnya saya sudah mengalami gejala tinggi kolesterol dalam satu tahun terakhir. Padahal, saya merasa saya sudah berolahraga walupun hanya berjalan kaki, tapi itu rutin saya lakukan 3 – 4 kali satu minggu. Tanpa sengaja saya bertemu runners di kompleks saya yang menyemangati saya untuk lari (kembali). Terakhir lari, seingat saya ada dua decade lalu, masa-masa kuliah di Amerika.
Akhirnya, saya mencari tahu, apa sih yang harus saya perhatikan kalau saya mulai lari kembali di usia 40-an?
- Kalau Observer sudah lama tidak berolahraga secara rutin, sebaiknya Observer memeriksakan Kesehatan Observer dulu kepada dokter. Pastikan tidak ada kondisi yang tidak sesuai untuk olahraga lari seperti keluhan jantung dan migrain.
- Walaupun berbagai perlengkapan lari dari mulai jam khusus pelari, knee-pads, legging lari dan lain-lain cukup banyak dan sering digunakan oleh pelari rutin, untuk memulai, Observer hanya perlu mencari sepatu lari yang sesuai. Ini sangat penting karena sepatu lari yang sesuai bisa mengurangi berbagai nyeri otot di telapak kaki sampai dengan lutut. Pastikan Observer memperoleh sepatu untuk lari jarak jauh dibandingkan jarak pendek. Sedikit tips: untuk lari jarak jauh, secara umum, sepatu yang flat dari ujung jempol hingga tumit lebih baik dibandingkan sepatu yang memiliki bantalan yang tidak merata untuk mencegah cedera.
- Mulailah perlahan apabila Observer sudah lama tidak berolahraga. 1 – 2 kilometer diselingi jalan sudah meruapakan permulaan yang bagus. Ingin tahu apakah Observer sudah melampui batas dan memaksa badan? Bennet Cohen, pengarang buku “Injury Free For Women Over 40” menyarankan agar Observer melakukan talk test. Yaitu, mencoba berbicara disaat berlari. Kalau Observer hanya sanggup mengatakan satu-dua kata sambil terengah-engah, maka tandanya Observer sudah berolahraga terlalu keras.
Setelah memastikan saya fit untuk mulai lari lagi, saya pun mulai dengan 2-3 kilometer per hari. Dikala pandemic seperti ini, keinginan untuk fit ini memang banyak kendalanya terutama karena protocol kesahatan dan social distancing.
[URIS id=8343]
Satu hal yang saya syukuri adalah saya tinggal di perumahan yang memungkinkan saya lari tanpa effort yang terlalu besar dan dengan tetap menjaga protocol Kesehatan dan social distancing. Dengan kata lain, selain tinggal ke luar ke luar rumah, saya bisa pilih waktu dimana lingkungan masih sepi dan memilih berlari di waktu tersebut. Hanya saja lari di jalan, walaupun di kompleks, tetap banyak jebakannya apalagi untuk saya yang sudah berusia 40an. Selip sedikit saja, kaki dan lutut saya bisa cedera karena jalan yang tidak rata. Jogging track, pasti menjadi fasilitas yang sangat menggiurkan untuk yang ingin olahraga simple dan rutin seperti saya. Tidak banyak kompleks atau perumahan yang memiliki jogging track yang memadai, karena menurut saya, jogging track kecil yang hanya memiliki putaran 400 – 500m sangat kurang untuk yang ingin jogging rutin seperti saya. Salah satu perumahaan yang memiliki jogging track sangat mumpuni adalah Nava Park di BSD City.
Jogging track di Nava Park ini dibuat sepanjang 5km! Puas deh kalau mau dipakai untuk sehari-hari. Jogging track yang tersedia di dalam cluster juga jelas lebih terjaga keamananya karena tidak semua orang bisa mengaksesnya. Untuk Observer yang memang concern dengan healthy living dan exercise, Nava Park ini perlu lho jadi pertimbangan matang karena fasilitas untuk hidup sehat dan aktif sangat diperhatikan di sini. Bukan hanya jogging track tapi juga Botanical Park seluas 10 hektar yang akan menjadi Kawasan hijau di kompleks Observer. Dengan berbagai promo yang ada sekarang, jangan ketinggalan ya Observer. Segera check Nava Park!