Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Hai Observer, apa sih yang biasa dilakukan saat weekend? Saya yakin sebagian besar dari Observer pasti menggunakan waktu di weekend untuk istirahat, untuk melakukan hobby seperti masak, berkebun sampai marathon drama series.
Biasanya weekend saya gunakan untuk olahraga, tapi sejak pandemi terjadi, sarana olahraga tempat saya biasa jogging juga ditutup untuk umum. Saya sih kurang suka jogging di jalan raya karena terlalu banyak distraksi, mulai dari menghindari lubang atau kendaraan sampai menahan diri kalau ketemu jajanan favorit,
Nah, kebetulan beberapa waktu yang lalu ketika sedang melihat IG, saya lihat ada teman saya yang sedang “walking tour”. Wah kebetulan saya termasuk orang yang senang melakukan walking tour, karena bisa berwisata sekaligus berolahraga.
Beberapa kali ketika traveling saya suka mencari aktivitas walking tour ini. Dengan walking tour ini rasanya kita bisa melihat dengan lebih dekat dan lebih jelas icon atau kehidupan di wilayah tersebut. Misal ketika mengunjungi Paris, kami ikut walking tour yang diselenggarakan oleh Localers. Mereka menyediakan guide berbahasa inggris yang akan mendampingi kita berkeliling Kota Paris. Programnya cukup banyak dan beragam, saat itu kami mengambil program chocolate & parfume. Tour guide membawa kami mengelilingi labirin di pusat kota Paris, sambil mencoba coklat dan kue-kue di kedai-kedai lokal, mengunjungi artisan parfumer sambil menceritakan kisah dan sejarah tempat yang kami datangi.
Kemudian saya juga pernah ikut walking tour di Semarang, bersama Bersukaria Walk. Kami mengelilingi kota tua dan pusat kota Semarang. Sungguh asyik memang mendengar sejarah yang diceritakan sambil melihat langsung tempat-tempat yang dimaksud. Tak terasa hari itu kami sudah berjalan sejauh 7 km selama hampir 5 jam. Mereka punya banyak rute-rute yang menarik. Suatu hari kalau kembali ke Semarang, saya pasti akan mengulangi pengalaman mengasyikan bersama Bersukaria Walk ini.
Oiya, biasanya untuk walking tour, ada sejumlah biaya yang harus dibayarkan. Tapi rasanya biayanya cenderung terjangkau dan setimpal dengan pengalaman yang kita dapat.
Nah, kembali lagi ke awal cerita, saya melihat teman saya ini sedang walking tour di makam, tapi makamnya sungguh sangat bagus dan terawat, Jauh dari kesan mengerikan dan acak-acakan seperti kebanyakan pemakaman di Bandung. Saya asyik mengikuti storynya dan langsung membulatkan niat untuk ikut walking tour ini. Untung dia men tag penyelenggara walking tour ini, yaitu @ceritabandung.id
Saya pun langsung follow IG mereka, sehingga saya tahu kalau walking tour ini hanya diselenggarakan setiap hari Sabtu & Minggu, dengan rute-rute yang berbeda. Setiap hari Selasa, mereka akan mengumumkan rute yang akan dilaksanakan, dan kita dipersilahkan untuk mendaftar di link yang disediakan. Di masa pandemi ini mereka menerapkan pembatasan jumlah peserta untuk setiap sesi nya, sehingga kita memang wajib untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu.
Saat itu saya memilih untuk ikut rute Asli Bandung – dengan trek seputar jalan Asia Afrika, yang memang merupakan pusat Kota Bandung. Walau awalnya saya cukup skeptis karena merasa sudah tahu cukup banyak mengenai rute ini, namun ternyata saya banyak mendapat cerita baru mengenai Kota Bandung yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Tour guide atau mereka biasa menyebut diri mereka “story teller” memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam., dengan didukung oleh data-data berupa foto dan gambar.Saya jadi tahu bahwa kenapa titik 0 atau km 0 Bandung ada di sana, hal-hal lucu yang terjadi di Hotel Savoy Homan yang merupakan salah satu hotel bersejarah di Kota Bandung. Sejarah dan lika-liku pembangunan Gedung Merdeka. Sampai rombongan kami dibawa ke makam bangsawan Bandung, yang lokasi nya tepat di tengah-tengah pusat perbelanjaan di daerah Dalem Kaum. Seumur-umur tinggal di Bandung, saya baru tahu ada makam di area yang sering sekali kita lewati.
Akhirnya Walking Tour bersama @ceritabandung.id ini menjadi salah satu kegiatan favorit saya. Sudah beberapa rute yang saya ikuti, mulai dari menelusuri jejak Freemason, sampai mengunjungi area pemakaman / Ereveld Pandu yang sempat saya lihat di IG Story teman saya. Sungguh saya baru tahu ada area pemakaman yang begitu bagus, rapi dan sangat terawat. Selain itu juga kami dibawa berkeliling area pemakaman Pandu, untuk melihat beberapa makam yang menarik. Salah satu yang cukup menarik perhatian peserta adalah makam berbentuk laci –laci yang ternyata ada di pemakaman Pandu.
Satu rute yang saya masih penasaran adalah rute Bioscoop Bandung, yang rutenya berkeliling ke area-area dan gedung-gedung yang pernah menjadi bioskop di Kota Bandung. Di jaman dulu, rupanya masyarakat di Kota Bandung senang sekali nonton bioskop sehingga kita bisa menemukan cukup banyak gedung bioskop. Konon di jalan Braga saja ada 6 gedung bioskop untuk beragam kalangan.
Uniknya, pihak @ceritabandung.id menerapkan sistem pembayaran “pay as you wish”. Biasanya di akhir sesi mereka akan mengedarkan kantung untuk diisi oleh peserta, tanpa menetapkan jumlahnya.
Nah, Observer yang tinggal di Bandung, atau yang mau liburan singkat ke Bandung, yuk ikutan walking tour. Sambil jalan-jalan, sekalian olahraga.
Untuk Observer yang di luar Bandung, adakah walking tour di kota kamu? Kalau ada coba deh ikut satu kali aja, mungkin Observer bakal jadi seperti saya yang jadi ketagihan!