Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Hai Observer, kali ini saya ingin mengajak Observer untuk melihat perubahan yang terjadi di bidang fashion sport wanita khususnya tenis. Seperti yang kita tahu, tenis merupakan olah raga yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Kalau kita lihat sekarang, pakaian yang digunakan oleh petenis wanita pada saat itu, jauh dari kesan sporty dan nyaman, karena ada norma-norma tertentu yang harus diikuti. Mulai dari warna, panjang rok, bentuk pakaian semua harus mengutamakan norma dibandingkan kenyamanan.
Tahun 1900an
Di masa ini olahraga tenis mulai populer di Inggris dan pakaian yang digunakan tentu mengikuti mode pada saat itu, yaitu gaun panjang putih dengan kerah tinggi dan tangan panjang. Kenapa gaun putih? Karena warna putih mencerminkan kekayaan. Maklum, pada saat itu tenis memang hanya dimainkan oleh masyarakat kalangan atas.“Pakaian Tenis Putih” akhirnya menjadi aturan tersendiri, terutama di Wimbledon dimana semua pemain diwajibkan memakai pakaian berwarna putih.
Disini kita lihat pakaian yang digunakan oleh pemain tenis asal Inggris, Dorothea Douglass, yang merupakan pemenang dari Wimbledon selama 7 kali.
Tahun 1920an
Pada tahun ini, Suzanne Lenglen, petenis wanita asal Prancis berusia 20 tahun memulai debutnya di Wimbledon dengan sebuah skandal. Ia menggunakan pakaian yang dianggap terlalu sexy. Pakaian yang dirancang oleh Jean Patou tersebut berupa gaun pleats sepanjang betis, dengan atasan berkerah rendah dengan tangan pendek. Ia tidak menggunakan korset ataupun petticoat (rok dalam yang menggelembung), Ia bahkan menggunakan topi atau headband untuk menutupi rambut pendeknya. Ia juga menggunakan flat shoes dengan sol karet yang dikenal sebagai “Lenglen Shoes”, padahal petenis lain masih menggunakan sepatu tenis standar yaitu sepatu boot berhak.
Walaupun banyak dihujat oleh pers, namun ia berhasil menjadi juara pada turnamen ini, bahkan menjadi pemenang terus menerus selama 4 tahun ke depan. Ia juga meraih 2 kali juara pada French Open dan 3 kali menjadi juara Olimpiade.
Tahun 1930an
Gebrakan dari Lenglen ini menjadi revolusi awal dari perubahan fashion di dunia tenis. Salah satu petenis wanita, Helen Wills Moody mempopulerkan pakaian tenis dengan atasan tanpa lengan, rok sebatas lutut dan topi visor yang merupakan ciri khasnya.
Ada juga, Gertrude Moran, pemain asal Amerika Serikat yang memiliki ciri fashion yang khas dengan atasan ruffles, dan ia secara sengaja menggunakan celana pendek berenda di balik roknya. Dari cerita yang beredar, jika ia bermain tak jarang para fotografer sampai mengambil foto sambil berbaring, demi mendapat foto celana renda yang fenomenal ini.
Tahun 1960an
Terjadi perubahan gaya busana yang cukup drastis, menyesuaikan dengan mode yang sedang menjadi trend pada masa itu, yaitu rok mini. Muncul pakaian rok terusan mini, dan bahkan celana pendek yang dipopulerkan oleh petenis Inggris Virginia Wade dan Lorna Greville-Collins, serta petenis Prancis Marlys Burel.
Tahun 1980an
Pada tahun 1980an, baju olahraga menjadi lebih ketat, sesuai dengan era disko. Publik sempat dibuat terkejut dengan pakaian yang digunakan oleh Anne White, yang menggunakan pakaian senam full body berwarrna putih di Wimbledon 1985. Panitia pertandingan kemudian meminta Anne untuk menggunakan pakaian yang lebih tradisional untuk pertandingan berikutnya.
Trend penggunaan aksesoris pun marak dilakukan, bahkan trend ini sempat menimbulkan insiden yang menghebohkan di US Open tahun 1987, ketika petenis Amerika Serikat Chris Evert kehilangan gelang berliannya pada saat bertanding, sehingga pertandingan dihentikan sementara sampai gelang tersebut ditemukan.
Tahun 1990an
Di tahun ini ikon dari dunia tenis adalah Andre Agassi yang terkenal dengan gayanya yang flamboyan dan penuh warna. Kekonsistenannya dalam mempertahankan gaya fashionnya membuat ia mundur dari Wimbledon, yang mengharuskan semua pemain menggunakan pakaian serba putih, dari tahun 1988 sampai tahun 1990.
Tahun 2000an
Di era ini sport fashion sudah sangat berkembang sedemikian rupa. Brand-brand berlomba-lomba mengeluarkan beragam desain yang disesuaikan dengan teknologi terkini. Penggunaan aksesoris seperti kristal swarovski dan bahan renda juga diaplikasikan dengan bebas ke dalam pakaian olahraga.
Misalnya seperti pakaian yang digunakan Maria Sharapova di tahun 2000an awal yang banyak menggunakan elemen swarovski.
Petenis Kakak Beradik Venus dan Serena Williams juga merupakan petenis yang memiliki gaya fashion yang berani.
Seperti pakaian yang digunakan oleh Venus Williams pada French Open 2010 yang kalau dilihat dari jauh tampak seperti lingerie karena dominan unsur rendanya.
Seperti tak ingin kalah, Serena Williams pun sempat menimbulkan kegemparan ketika memenangkan Wimbledon pada tahun 2016 dengan menggunakan pakaian bergaya klasik, dengan kerah tinggi dan rok pleats dari Nike. Yang membuat gempar adalah ia menggunakan pakaian tersebut tanpa menggunakan bra, sehingga membuat putingnya tercetak dengan jelas. Beberapa pengamat menganggap hal ini sangat mengganggu.
Wah Observer, kalau melihat dari sejarah fashion tenis ini, saya sih bersyukur hidup dimasa kini. Ngga kebayang kalau harus main tenis dengan rok panjang dan baju tangan panjang, plus sepatu boot berhak seperti di tahun 1900an ya! Sudah berat, pasti rasanya panas dan gerah. Apalagi kalau harus main di bawah terik matahari.