Penulis: Santi Apriani| Editor: Ratna MU Harahap

Mau dilihat dari sisi manapun, Toxic Relationship tidak boleh diremehkan dan tidak bisa dibiarkan karena akan menghasilkan hubungan yang tidak harmonis dan merugikan salah satu pihak. Agar terhindar dari Toxic Relationship, Observer harus mengenal gejalanya agar bisa terhindar dan mencari solusi terbaik, serta memutuskan dengan bijak apakah akan meneruskan hubungan tersebut dengan bantuan berbagai pihak atau tidak meneruskan sama sekali sebelum semua masalahnya menggunung dan menjadi tidak terbendung karena yang akan tersakiti tidak hanya salah satu pasangan saja, tentu akan berdampak juga pada lingkungan sekitar.

Toxic Relationship yang tidak diatasi dengan baik, sangat memungkinkan jika berujung menjadi Tindakan kekerasan. Dan ternyata, terdapat beberapa Public Figure yang juga mengalami Toxic Relationship yang bisa dijadikan pembelajaran buat Observer :

Rihanna – Chris Brown

toxic1
(Kiri : Chris Brown & Rihanna saat masih berhubungan) (Kanan : Rihanna setelah mengalami penganiayaan yang dilakukan Chris Brown)

Rihanna menjadi korban dalam kekerasan saat pacaran dengan Chris Brown. Ia bahkan mengalami lebam karena kekerasan yang dilakukan Chris. Meski berada dalam hubungan beracun, Rihanna sering menerima cinta Chris Brown lagi.

Ariana Grande – Mac Miller

toxic2
( Kiri : Mac Miller&Ariana Grande saat masih berhubungan ) ( Kanan :  Balasan komen Ariana Grande pada salah satu haters yang menyudutkannya)

Ariana Grande baru mengungkap kisah kelam dibalik putusnya hubungan asmaranya dengan rapper Mac Miller. Lewat Twitter, seorang fans Mac menyalahkan putusnya hubungan idolanya dengan Ariana. Ariana pun membalas bahwa hubungannya dengan Mac telah bermasalah dan ia berada dalam toxic relationship

Rob Kardashian – Blac Chyna

toxic3
( Kiri : Blac Chyna&Rob Kardashian saat masih berhubungan) ( Kanan : Salah satu postingan Rob Kardahian di media sosial yang menyerang Blac Cyna)

Hubungan Rob Kardashian dan Blac Chyna sangat tidak sehat karena mereka saling serang, bahkan menjelekkan satu sama lain di media sosial. Rob mengungkap bahwa Blac selingkuh darinya. Sementara Blac membalas bahwa dia pantas menerimanya karena sikapnya yang tidak baik dalam hubungan.

Duh… jangan sampai kita mengalami Toxic Relationship ya… Untuk menghindarinya, ada baiknya Observer mengenali gejala-gejalanya :

  1. Gaslighting

    Gaslighting adalah tanda toxic relationship yang sangat umum, suatu bentuk penyalahgunaan kala seseorang memanipulasi dan menggunakan gangguan dengan memutarbalikkan kebenaran hingga membuat lawannya mempertanyakan realitasnya sendiri.

toxic4

Pada kasus ini, pasangan akan memberi tahu kita tentang perasaan kita atau merendahkan kita ketika kita menceritakan sesuatu pada mereka. Beberapa contoh kalimat yang bisa ditemukan pada kasus gaslighting :

“Saya tidak pernah mengatakan itu. Ingatanmu buruk.”
Tanda khas dari gaslighting adalah membuat pasangan meragukan ingatan dan pengalaman sendiri sampai menggantinya dengan versi yang dibuat oleh gaslighter. Mereka akan sering memberi tahu bahwa ingatan pasangan buruk atau rusak.

“Kau terlalu berlebihan!”
Menangis atau kesal sebagai bentuk dari emosi dan reaksi atas sesuatu atau pun perlakuan orang lain sejatinya wajar dirasakan semua orang. Namun gaslighter akan menggunakan kalimat ini untuk mengalihkan perhatian dari perilaku buruk mereka bahwa apa yang pasangan rasakan itu adalah kesalahan dia.

“Kau gendut, turunkan berat badanmu”
Mengkritik penampilan adalah salah satu taktik umum lainnya yang dilakukan gaslighter. Mereka akan melakukan apa pun yang membuat pasangan merasa buruk tentang diri sendiri.

“Kau ‘enggak enak’ di ranjang”
Kehidupan seks bisa menjadi target lainnya dari gaslighter. Hal ini sering digunakan sebagai alasan atau pengalih perhatian dari mereka yang selingkuh atau bertingkah seksual.

“Saya tidak marah/tidak apa-apa. Apa maksudmu?”
Banyak gaslighter menggunakan perlakuan diam sebagai metode hukuman dan kontrol. Namun ketika pasangan menanyai mereka tentang hal itu, mereka bertindak seolah-olah mereka tidak tahu apa yang dibicarakan. Pasangan dibuat tidak hanya bingung tentang apa yang membuat mereka kesal, tetapi juga mempertanyakan perasaan dirinya sendiri.

“Kalau kau benar-benar cinta, kau akan… ”
Gaslighters suka menggunakan cinta dan kasih sayang pasangan sebagai senjata melawan dirinya sendiri.

Pasangan sejatinya bisa mencintai seseorang dan kesal karena sesuatu yang mereka lakukan pada saat yang bersamaan. Mencintai seseorang bukan berarti harus selalu menerima apapun tindakan mereka.

“Tak ada orang lain yang akan mencintaimu selain saya”

Gaslighter akan membuat pasangan meragukan nilai dasar dirinya. Mereka juga akan membuat pasangan bergantung pada cinta dan memastikan bahwa dia tidak akan meninggalkan mereka.

2. Suka menyalahkan

toxic5

Pasangan akan menyalahkan kita atas masalah yang sebetulnya dia timbulkan atau menjadikan kita “kambing hitam”. Ini adalah salah satu tanda toxic relationship. Menurut pemilik International Hearts Counseling Services, Lori Nixon Bethea, PhD, hal itu terjadi ketika pasangan akan mengalihkan masalahnya kepada kita sehingga kita merasa bersalah dan malu, padahal bukan sumber masalahnya.

3. Mengisolasi kita dari keluarga, teman, atau rencana lain

Pasangan yang toksik akan mengisolasi kira dari teman, keluarga, atau rencana kita yang lain. Menurut terapis berlisensi, Oddesty K Langham, hal itu dilakukan untuk mendapatkan kontrol terhadap diri kita atau mendapatkan perasaan bahwa mereka punya kontrol atas diri kita. Misalnya, kita meminta izin main dengan teman-teman di akhir pekan, tapi pasangan melarang dengan alasan seperti: “Jangan. Aku mau kasih kamu kejutan spesial saat makan malam.” Jika kondisi ini terjadi terus-menerus sehingga terasa begitu intens, ini termasuk tanda toxic relationship.

4. Playing the victim

toxic6

Pasangan yang manipulative sering playing the victim atau menempatkan dirinya sebagai korban. Waspadai tanda toxic relationship yang satu ini. Setiap kali kita mengungkapkan pada pasangan tentang apa yang kita rasakan tentang sesuatu, pasangan akan mencari cara untuk mengesankan bahwa dirinya adalah korban. “Hampir tidak mungkin menciptakan keseimbangan dalam hubungan bersama seseorang yang hanya peduli dengan perasaan mereka,” ucap Langham.

5. Lebih mudah stress dan sakit

Toxic Relationship sangat sering menciptakan respons “fight-or-flight“, yang pada akhirnya membuat tubuh kita terlalu banyak bekerja sehingga lebih sering mengalami stres, kecemasan, atau lebih mudah sakit.

6. Sering mimpi buruk

Candice McCoy, seorang blogger dengan latar belakang psikologi mengatakan, ketika terlibat dalam toxic relationship, kita mungkin akan lebih sering mengalami mimpi buruk yang melibatkan pasangan kita. Hal ini bisa jadi karena tubuh kita “menunjukkan” sesuatu yang tidak kita lihat dalam diri kita.

7. Menutupi hal yang terjadi pada teman dan keluarga

toxic7

Seseorang yang terlibat dalam toxic relationship sering kali menutupinya dari keluarga. Jika kita menceritakan kisah tentang pasangan kita yang toksik pada orang lain dan dengan sengaja meninggalkan detail tertentu agar pasangan tak terkesan buruk di mata mereka, itu adalah tanda toxic relationship.

“Itu bisa jadi tanda toxic relationship jika kita terlalu malu untuk memberitahu kepada orang lain tentang apa yang pernah dilakukan atau dikatakan pasangan pada kita,” ujar psikiater, Ndidi Onyejiaka, MD.

8. Kita beralasan tentang perilaku buruk pasangan

Ketika menjadi korban toxic relationship, kita cenderung selalu mencari alasan tentang perilaku buruk pasangan. Misalnya, pasangan tidak membalas pesan padahal sangat aktif di media sosial. Kita sering kali menganggap pasangan mungkin sibuk. Ketika pasangan lupa hari ulang tahun kita, kita menganggap itu dapat dipahami. Ketika pasangan membentak dan menyebut nama kita, kita sering kali menganggap dia sedang punya masalah di kantor. Jika hal-hal seperti ini terdengar familiar, maka itu bisa jadi tanda toxic relationship.

9. Mengontrol

Pasangan yang toksik sering kali mengontrol pasangannya. Termasuk hal-hal seperti apa yang harus kita pakai, yang boleh dan tidak boleh diunggah ke media sosial, apa yang boleh kita makan, dan lainnya. Menurut CEO Skaology, itu adalah tanda toxic relationship.

10. Komunikasi Permusuhan

Menurut terapis seks dan hubungan dari California Selatan, Kamil Lewis, AMFT, bentuk-bentuk komunikasi permusuhan seperti sering membentak, memanggil nama atau menyebut frasa yang menyakiti hati kita, melempar dan menghancurkan barang, dan menggunakan tubuh kita untuk intimidasi atau paksaan fisik. Ini termasuk tanda toxic relationship.

Tanda komunikasi permusuhan yang lebih halus seperti silent treatment, senang menyalahkan, terus menyela pembicaraan, dan mendengarkan untuk merespons alih-alih mendengarkan untuk memahami pasangan. Komunikasi permusuhan ini dapat menyebabkan ketegangan dan menciptakan kurangnya rasa percaya yang lebih lanjut di antara pasangan.

Solusi paling tepat untuk menangani toxic relationship ini menurut saya adalah komunikasi terbuka dan salingmenyadarkan antar sesame pasangan, dan jika tidak dapat titik temu, perlu melakukan konsultasi lebih lanjut dengan ahlinya (konsultasi bersama).

Jika Observer mengalami gejala-gejala tersebut,maka Observer perlu segera mencari solusi jika tidak ingin terus tersakiti dan ingin memiliki hubungan yang sehat, bayangkan jika terus berlanjut dan sampai memiliki anak, tentunya akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak dan pondasi berfikir serta cara pandangan akan bersikap dan berhubungan antar sesama terutama kepada pasangannya dikemudian hari.

Source & Refrence :

  1. Kompas.com
  2. CNN indonesia
  3. Detik.com
  4. Line Today
  5. Twitter
  6. Instagram
  7. The Sun
  8. Pexel.com

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *