Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Halo Observer, kali ini saya mau bahas mengenai pemberian ‘Tip’. Terus terang saya ngga selalu kasih ‘Tip’ kalau makan ke restoran atau menginap ke hotel karena mereka sudah membebankan service charge kan. Kecuali kalau saya benar-benar puas dengan pelayanan atau merasa sangat terbantu , baru saya akan meninggalkan ‘Tip’ untuk mereka. Benar kah tindakan saya ini Observer ?
Nah, mungkin kalau di Indonesia budaya memberi ‘Tip’ ini masih bersifat abu-abu , lebih ke sukarela. Bagaimana dengan negara-negara lain ? Coba kita bahas ya, supaya jika kita traveling ke negara tersebut kita bisa mengira-ngira apakah kita harus memberi ‘Tip’ atau tidak
1.Jepang
Ternyata , bagi masyarakat Jepang menerima ‘Tip’ adalah hal yang memalukan dan dapat menimbulkan momen akward karena tak jarang penerima akan mengejar tamu dan berusaha mengembalikan ‘Tip’ tersebut. Orang Jepang lebih merasa terhormat jika kita menyampaikan pujian verbal seperti ‘oishikatta’ (rasanya enak), atau ‘gochiso sama’ (terima kasih sudah mempersiapkan makanan ini) atau cukup dengan membungkukkan badan
Pengecualian adalah jika kita menginap di Ryokan atau penginapan tradisional Jepang, kita boleh meninggalkan ‘Tip’ untuk nakai san (pelayan berkimono yang mempersiapkan makanan dan futon untuk kita) jika kita merasa puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Tapi itu juga jangan asal menaruh uang ya Observer, masukan uang ‘Tip’ tersebut ke dalam amplop cantik dan taruh di tempat yang sedikit tersembunyi.
2.Mesir
Di Mesir, memberi ‘Tip’ merupakan hal yang sangat biasa bahkan cenderung jadi “kewajiban” . Turis diharapkan untuk memberi tip bukan hanya pada pelayan restoran, supir taksi, tour guide dan staff hotel, namun juga untuk doorman, penjaga WC, sekuriti dan bahkan penjaga toko. Ini merupakan kebiasaan yang berakar bahwa kita harus selalu memberi untuk orang-orang yang kurang mampu dibanding kita. Tentu saja besaran ‘Tip’ juga akan mempengaruhi sikap dan servis yang mereka berikan pada kita, bahkan bisa membuat turis menjadi sangat diistimewakan. Misal, dengan memberi sedikit ‘Tip’ pada penjaga museum, maka ia akan membukakan pintu-pintu ke ruangan museum yang tidak dibuka untuk umum atau bahkan membiarkan kita menggunakan WC khusus staff yang jauh lebih bersih dibanding WC Umum.
3.Cina
Dulu, kita dianggap tidak menghormati jika kita memberi ‘Tip’ di Cina, namun seiring dengan perubahan zaman mulai ada sedikit perubahan terutama di dunia hospitality . Memang pemberian ‘Tip’ tidak selalu diharapkan, namun apabila diberi mereka sekarang tetap menerima dengan baik.
Jadi , jika kita merasa puas dengan jasa yang diberikan oleh tour guide, porter , pelayan ataupun bartender tidak ada salahnya jika kita memberikan sedikit ‘Tip’ sebagai tanda terima kasih.
4. Amerika Serikat
Rasanya tidak ada negara lain yang menerapkan budaya ‘Tip’ seperti Amerika Serikat. Sudah menjadi kewajiban tidak tertulis untuk menambahkan tip sebesar 20-25% dari total tagihan. Bahkan , kebanyakan tempat juga sudah menyediakan layanan “digital tip” untuk para konsumen yang melakukan pembayaran dengan kartu kredit dengan jumlah mulai dari $1 sampai $5. Jika anda tidak mau memberikan ‘Tip’ maka kita harus menekan tombol “No Tip” yang akan menimbulkan momen akward antara barista dan pelanggan.
5.Denmark
Denmark , yang merupakan negara yang dikenal egaliter, dengan masyarakat yang murah hati dan senang berbagi ternyata bukan merupakan bangsa yang membudayakan pemberian ‘Tip’ . Hal ini dikarenakan pendapatan mereka memang sudah tinggi dan system kesejahteraan masyarakatnya sudah bagus sehingga para pekerja, tertutama yang bekerja di bidang turisme tidak terlalu tergantung pada ‘Tip’ yang mereka terima. Selain itu di Denmark biaya service sudah termasuk di dalam tagihan restaurant dan hotel.
Namun, bukan berarti mereka kaku dalam menjalankan hal ini. Biasanya sebagai tanda terima kasih , sudah menjadi kebiasaan untuk membulatkan jumlah tagihan (biasanya kalau kita makan di restoran) sebagai pengganti ‘Tip’ .
Nah Observer, ternyata budaya pemberian ‘Tip’ ini bisa berbeda tergantung negara mana yang kita kunjungi. Ada baiknya kita mencari tahu hal hal kecil seperti ini supaya kita tahu bagaimana harus bersikap di sebuah tempat. Seperti kata pepatah, dimana tanah dipijak di situ langit dijunjung.