Startup unicorn
                                                                     Menjadi bagian dari Unicorn Startup di Indonesia

Tenang Observer, Unicorn yang saya maksud di sini bukanlah kuda bertanduk satu yang merupakan salah satu binatang legenda di dunia yang paling terkenal. Unicorn yang saya maksud di sini adalah sebutan untuk yakni start up (bisnis rintisan yang berbasis teknologi) dengan valuasi di atas US$1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun.

Sejak dua tahun lalu, Kemenkominfo telah menggagas Gerakan 1.000 Startup Digital. Gerakan tersebut diharapkan bisa menjadikan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia. Pada 2020, pemerintah menginginkan ada 1.000 pelaku start up yang ikut mendongkrak perekonomian nasional, selaras dengan Nawacita.

Asia Tenggara sendiri saat ini memiliki populasi 600 juta orang, sekitar 250 juta di antaranya ada di Indonesia, dengan akses internet yang berkembang masif, demikian halnya penjualan smartphone, membuat kawasan ini memiliki potensi pasar e-commerce yang besar.

Bolehlah kita berbangga hati bahwa di Asia Tenggara ada tujuh unicorn, empat di antaranya berasal dari Indonesia. Perusahaan Unicorn yang berasal dari Indonesia ini adalah :

1. Go-Jek

Karena dinilai inovatif dan berhasil perusahaan transportasi online Go-Jek beberapa kali mendapat kucuran dana segar dari perusahaan raksasa sekelas Google, PT. Astra International Tbk., dan Djarum Group.

Gojek
                                                                                                    Kantor Go-Jek

Valuasi Go-Jek saat ini ditaksir mencapai US$4 miliar atau lebih dari Rp53 triliun, jauh diatas unicorn lain asal Indonesia.

2. Traveloka

Traveloka
                                                                                                    Kantor Traveloka

Perusahaan yang dibentuk tahun 2012 oleh Ferry Unardi dan dua temannya ini merupakan “penyedia layanan pariwisata online terdepan di Indonesia dan berekspansi sangat agresif di Asia Tenggara”. Traveloka dinobatkan menjadi ‘unicorn‘ setelah mendapatkan pendanaan dari perusahaan travel asal Amerika Serikat (AS) Expedia pada pertengahan tahun lalu senilai US$350 juta atau sekitar Rp 4,6 triliun.

Dengan total pendanaan tersebut, Traveloka kini telah mencapai nilai valuasi lebih dari US$2 miliar atau setara Rp 26,6 triliun.

3. Tokopedia

Tokopedia
                                                                                                  Kantor Tokopedia

Tokopedia masuk ke jajaran unicorn setelah memperoleh penyertaan investasi senilai US$1,2 miliar (Rp 15 triliun) dari Alibaba pada 17 Agustus 2017. Selain layanan jual beli, segala jenis transaksi bisa dilakukan di Tokopedia, mulai dari pembayaran tagihan harian, pembelian investasi sampai untuk mengajukan pinjaman dana.

Selain menyuntikan modal ke Tokopedia, raksasa niaga elektronik Alibaba juga menggelontorkan investasi sebesar US$1 miliar ke perusahaan e-commerce asal Singapura, Lazada, yang menjadikannya termasuk dalam jajaran unicorn.

4. Bukalapak

Bsd city
                                                                       Salah satu fasilitas di Kantor Bukalapak

Bukalapak bergabung dengan jajaran unicorn asal Indonesia mulai akhir tahun lalu. Group media terbesar kedua di Indonesia, Emtek, merupakan salah satu penanam modal di marketplace ini.

Selain itu, dua perusahaan ventura asal AS, 500 Startup dan QueensBridge Venture Partners, juga menanamkan modalnya di Bukalapak dengan angka yang tidak dipublikasikan.

CEO Bukalapak Achmad Zaky mengklaim, kinerja bisnis yang dirintisnya ini makin kinclong pada 2017 lalu, dengan pertumbuhan transaksi mencapai 3-4 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menargetkan munculnya lima startup unicorn asal Indonesia di tahun depan. Apabila harapan tersebut terealisasi, maka Indonesia memiliki sembilan start up unicorn dan gross domestic product (GDP) Indonesia bisa mencapai 11 persen.

Namun, ada yang mengganjal dalam hal ini karena jika dibandingkan dengan dua negara pesaing yaitu Cina dan India, sudah pasti Indonesia kalah saing. Pasalnya, kedua negara itu memiliki modal dan kapasitas SDM yang lebih baik ketimbang Indonesia.

Hal inilah yang mendorong Mandy Purwa Hartono dalam mengembangkan Purwadhika Startup dan Coding School. Purwadhika sendiri awalnya merupakan lembaga pelatihan teknologi informasi yang menawarkan program pendidikan di bidang hardware design, software design, dan network & communication design. Pada tahun 2015, Purwadhika mulai menyediakan program Startup Fast Track, yang ditujukan untuk mereka yang ingin membangun IT Startup namun tidak memiliki background IT, keahlian teknikal, co-founder dan mentorship.

Caelus
                                           Suasana belajar mengajar di Purwadhika Startup dan Coding School

Pola pengajaran di Purwadhika Startup dan Coding School sendiri dibuat praktis dengan menitikberatkan pada praktik dan juga simulasi serta mentoring. Dengan demikian orang yang tanpa latar belakang pendidikan teknologi informasi sekalipun bisa belajar pemrograman dari nol di lembaganya.

Segmen orang-orang non-TI itu yang sekaligus menjadi salah satu pasar sasaran Purwadhika Startup dan Coding School. “Kami melihat banyak yang membangun start up tapi tidak punya technical background. Mereka kerap sewa orang lalu minta buatkan aplikasi, tapi karena tidak paham malah jadi berantakan. Karena itu kami dorong agar para calon founders start up belajar dulu coding skill sebelum lanjut ke tahap inkubator. Di kami 6 bulan training sudah bisa bangun web app,” jelas Mandy Purwa Hartono

Purwadhika
                                                Suasana belajar mengajar di Purwadhika Startup dan Coding School

Di tahun 2017, Purwadhika yang sejak awal Maret tahun 2017 ini menempati lokasi baru di Digital Hub, BSD City, Tangerang Selatan, melahirkan pilihan program yang lebih banyak lagi. Misalnya program Job Connector yang dibentuk untuk menghasilkan para software developer yang nantinya akan disalurkan bekerja ke perusahaan start up atau lainnya.

Selain itu Purwadhika Startup dan Coding School juga menawarkan program baru yaitu Internet of Things (IoT) yang diperuntukan bagi para pelaku industri, remaja, maupun anak-anak yang berminat mengetahui seluk beluk bagaimana internet dapat terhubung kepada kehidupan sehari-hari dan bisnis.

Intinya, Purwadhika Startup dan Coding School ini menyediakan pendidikan bagi mereka yang ingin terjun langsung ke bidang teknologi internet, baik itu menjadi pelaku di bidang teknis, maupun pelaku di bidang usaha/start up.

Mengapa Purwadhika Startup dan Coding School memilih lokasi baru di BSD City? Di sini Bapak Purwadhika Purwa Hartono MSCNG BSCS, Founder and President Purwadhika Startup and Coding School menjelaskan bahwa kami yakin BSD City memiliki komitmen tinggi untuk bertransformasi menjadi smart digital city yang tentu secara fasilitas dan infrastruktur nantinya akan sangat menunjang operasional kami sehari-hari.

Selain itu secara akses, BSD City juga sangat mudah dijangkau karena diapit oleh dua ruas tol yang terhubung ke tengah kota Jakarta dan Bandara Udara Soekarno-Hatta. Dari sisi infrastuktur, BSD City membangun sendiri jaringan fiber optic yang merupakan tulang punggung konektivitas, juga CCTV yang tersebar di sejumlah area yang dapat dipantau melalui Command center, dan tak luput menyediakan layanan free WiFi di area publik.

Digital Hub yang saat ini merupakan lokasi dari Purwadhika Startup dan Coding School adalah kawasan seluas 25,86 Ha terletak di bagian selatan Green Office Park, BSD City. Kawasan ini memang diperuntukkan untuk menunjang operasional dan aktivitas keseharian perusahaan teknologi dan digital, mulai dari start up company, technology leaders, hingga institusi pendidikan yang bergerak di bidang IT Science.

Digital hub
                                                                                      Planning Digital Hub BSD City

Digital hub ini ke depannya akan dilengkapi beberapa fasilitas seperti interaktif meeting room, mesin 3D printing, gaming room, VR room, segway dan fasilitas lain yang semua ini dapat digunakan bersama-sama untuk kepentingan komunitas di Digital Hub.

Tentu saja hal ini akan mempermudah para siswa dari Purwadhika Startup dan Coding School untuk merasakan teknologi terbaru, yang akan membuat mereka terbiasa, sehingga nanti tidak akan terjadi gagap teknologi ketika mereka masuk ke dunia kerja nyata di perusahaan sekelas Unicorn. Bukan tidak mungkin juga salah satu siswa di sini nantinya akan merintis usaha start up yang kemudian akan berkembang menjadi perusahaan yang sekelas dengan unicorn.

Purwadhika Startup School juga tidak membatasi mereka yang ingin sekolah di sini. Selama ini, latar belakang sekitar 300 siswa Purwadhika yang ada setiap tahunnya sangat beragam, dari lulusan SMA, mahasiswa, sampai orang yang mau pensiun dan berniat mendirikan start up menjadi siswanya.

Intinya, Observer yang tertarik untuk menjadi pengusaha start up, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Jangan beralasan karena usia atau kemampuan, karena dimana ada keinginan disitu mimpi bisa diraih.

 

Sumber :

1. https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/ambisi-mandy-menggairahkan-sekolah-startup

2. https://jalantikus.com/news/15248/purwadhika-startup-coding-school/

3. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-43058059

4. https://www.viva.co.id/digital/startup/1069612-indonesia-akan-punya-9-startup-unicorn-di-tahun-depan

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *