Setelah tiga bulan lebih berperang melawan pandemi, sudah banyak tips usaha agar kita bisa tetap bertahan secara ekonomi dalam masa sulit yang bukan hanya mengancam kesehatan tapi juga perekonomian kita.
Untuk saya pribadi sih, survival trick saya adalah terus membuka mata dan telinga, sehingga akhirnya saya bisa pada stage yang sangat grateful. Dari sekian banyak inspirasi, saya ingin sekali berbagi kisah tentang tiga inspirasi terbesar saya selama pandemic ini. Ketiganya datang dari latar belakang yang berbeda tetapi punya satu persamaan mendasar: fighting spirit yang gila-gilaan!
Yang pertama adalah Medina Djuliandi. Ibu cantik yang satu ini sudah bekerja di berbagai maskapai penerbangan asing semenjak tahun 1996! Cita-cita yang sudah dia pegang kukuh semenjak SMA! Di masa pandemic ini, industry inilah yang terkena dampak ekonomi paling cepat dan paling lethal. Tak terelakan, Dina pun harus Work From Home dengan status unpaid leave. Yang menjadi masalah, bukan hanya masalah ekonomi tapi bagi orang yang biasa bekerja, stay at home is not a funny business! Stress dan gundah gulana membayangkan apa yang akan terjadi. Strategi bertahan Dina: Keep Moving! Karyawati yang biasanya diback-up penuh oleh si Mbak untuk urusan masak sehari-hari, mulai iseng masak kue instan. Sampai akhirnya mencoba membuat roti ciabatta kesukannya sendiri. Kenapa Ciabatta? “Karena saya suka roti itu dan ingredientsnya gampang. Aipek teh (ternyata dalam bahasa Sunda), buatnya susaaah!” Dari iseng mencoba akhirnya Dina mulai menerima order dan sekarang mulai kewalahan (Sst, kalau mau order, siap-siap antri ya!).
[URIS id=7408]
Kemudian dalam masa-masa stay at home ini saya berkesempatan mengikuti Zoominar dimana salah satu pembicaranya adalah Boy Aditya. Pecinta alam yang memang pemilik beberapa usaha, salah satunya BSA Martial Arts Center di Tangerang. Tentu saja, ini merupakan jenis usaha yang terkena efek Corona yang cukup parah. Pengunjung berkurang drastis. Cita-cita Boy adalah bukan hanya usahanya yang bisa bertahan tapi juga seluruh pelatih dan karyawan di Sasana miliknya itu agar bisa tetap memiliki pendapatan. Maka strategi Boy saat itu adalah: “Survival Mode On – Do whatever you can. Literally”. Di awal masa pandemi, Boy berinisiatif menggerakan semua staffnya untuk membuat masker kain yang permintaannya sedang membludak saat itu. Tidak masalah bahwa seorang pelatih martial arts kini berkutek dengan jarum dan benang. Kini, Boy juga menetapkan cara lain untuk bertahan: mendatangi member ke rumah masing-masing dan berlatih di rumah masing-masing. Hal ini terpaksa dilakukan mengingat pandemic yang tidak kunjung berakhir. Tentu saja para staff BSA Martial Arts menjalankan home visit ini dengan menerapkan protocol ketat menjaga penularan Covid-19. Yang benar-benar membuat saya salut, dengan visi ingin survive bersama-sama seluruh pelatih dan karyawannya, Boy menginisiasi Dapur BSA, wadah agar pelatih dan keluarganya bisa mengembangkan / dapat penghasilan tambahan di sektor kuliner. Disini mereka dapat kemudahan pangsa pelanggannya yaitu member member BSA. Strategi bertahan all out yang patut dijadikan contoh nih, Observer. Jangan terpaku pada main business Observer. Think outside the box dan grab every single opportunity out there because the revenue pie is shrinking, guys!.
[URIS id=7411]
Terakhir, saya juga angkat topi untuk sahabat saya dari jaman SD dulu, Tanto. Seniman yang dikenal dengan nama R.E. Hartanto ini sudah berkiprah sebagai perupa dengan berkarya, mengikuti pameran kelompok dan pameran tunggal, membuat lokakarya dan proyek seni rupa, juga mengikuti program artist in residence di berbagai kesempatan. Selain berkarya Tanto juga mengajar kursus dan menulis blog seni rupa.
Nah, sementara pameran seni rupa banyak dibatalkan/ditunda, Tanto, begitu dia biasa dipanggil, tetap fokus berkarya dan menyelenggarakan kursus menggambar online yang dikelolanya sejak 2016. Strategi Tanto: Menerapkan Smart Marketing Strategy. Tanto mengambil inspirasi dari kursus online marketing yang diikuti istrinya yang kemudian dia terapkan untuk mempromosikan kursus online maupun karya lukisannya sendiri. Kursus online Tanto sudah dimulai sejak 2016 tapi skalanya masih kecil, kini dengan pemasaran terjadwal yang tepat sasaran, peserta kursus bisa mencapai 130 orang. Sebulan sebelum kursus dimulai, Tanto mulai mempromosikan kursusnya di Instagram. Pada saat kursus berlangsung, Tanto juga giat memposting karya siswa kursus yang dianggap bagus berikut pembahasannya sehingga para follower bisa melihat perkembangan setiap siswa secara realtime.
[URIS id=7414]
Yang menurut saya paling unik dari strategi pemasaran Tanto nih, Observer, adalah cara Tanto mempromosikan lukisannya. Untuk ini, Tanto melakukan promosi berdasarkan perkembangan kekaryaan di studionya. Lukisan Tanto kebanyakan berukuran besar yang harus diselesaikan dalam waktu bulanan. Jadi, setiap kali ada progress, misal, bagian langit, Tanto akan mulai promosi. Progress lukisannya akhirnya terlihat sedikit demi sedikit sehingga menarik untuk diikuti. Kolektor maupun galeri kemudian mengontak Tanto bila mereka berminat untuk mengoleksi karya yang sedang dikerjakan, bahkan sebelum karya itu selesai. Dengan begitu, walaupun pameran seni rupa banyak dibatalkan atau ditunda, kursus menggambar online dan penjualan karya Tanto tetap berjalan karena strategi marketing soft sell dan hard sell melalui Instagram.
Inspirasi-inspirasi nyata dari para pelaku usaha di masa pandemi Covid-19 ini sangat memotivasi ya kan, Observer? Dari kisah Boy Aditya, saya akhirnya memberanikan diri mengambil tawaran job yang cukup di luar comfort zone saya sebagai seorang Akuntan. Job kali ini sangat memerlukan kreativitas, imajinasi dan keberanian yang cukup kuat, beda dengan job yang bisa saya kerjakan. Dari Tanto, saya juga belajar bahwa saat ini lah saat yang tepat untuk meningkatkan keahlian terutama yang selama ini saya anggap “sudah bisa” saya lakukan tapi sebenarnya masih bisa saya pelajari untuk meningkatkan produktivitas saya. Jadilah saya ikut kursus Advance Excel online. Dan dari Medina, akhirnya saya mengambil hikmah untuk melihat peluang dari hal-hal yang ada di depan mata saya, seperti Medina yang memanfaatkan oven di rumahnya yang selama ini nganggur. So, hwaiting! Together we can fight Covid!