Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Setelah pandemic berkepanjangan (yang sebenarnya sekarang juga masih berjalan),akhirnya beberapa waktu lalu kami memutuskan untuk berlibur pendek ke luar kota. Akhirnya,liburan lagi setelah 1,5 tahun hanya liburan di rumah.Awalnya saya mengajukan beberapa pilihan kepada keluarga yaitu staycation di hotel yang lokasinya bersebelahan dengan mall, glamping atau ke pantai.Tentu saja semua langsung sepakat mau untuk pergi ke pantai. Tapi tentu saja tempat harus dipilih secara cermat, karena kami ingin mencari pantai yang sepi, jarak tidak terlalu jauh, akses bagus dan akomodasi yang memadai.
Sambil mencari-cari,saya sempat melihat beberapa posting teman saya yang sedang berlibur ke Pantai Ranca Buaya. Pantainya tidak ramai dan nampaknya suasananya enak. Saya pun coba browsing sambil mencari info, menurut WAZE dan Google Maps jaraknya sekitar 150 km dengan waktu tempuh 3,5 -4,5 jam. Ok,akhirnya diputuskan kalau Pantai Ranca Buaya akan menjadi tujuan liburan kami.
The Route
Sebenarnya ada 2 rute yang bisa kami ambil, via Pangalengan atau Ciwidey. Tapi kebanyakan merekomendasikan jalur Ciwidey.
Nah, di perjalanan ini terjadi sedikit masalah. Karena satu dan lain hal, kami baru bisa berangkat jam 3 sore. Melewati Ciwidey, dimana kami sempat berhenti untuk makan sekitar 45 menit. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan. Menjelang maghrib, barulah petualangan yang cukup menegangkan terjadi. Di tengah kondisi hujan dan kabut, kami menyusuri jalur yang cukup menegangkan. Pertama memasuki kawasan perkebunan the Rancabali, tapi suasana sangat gelap. Untungnya ada 2 mobil lain yang berjalan beriringan. Selepas perkebunan teh, saya pikir suasana menegangkan akan selesai, namun ternyata saya salah besar. Rute yang dilalui lebih mencekam dengan tebing tinggi di kiri dan jurang di sebelah kanan.Belum lagi jalan yang dilalui adalah jalan yang sempit, hanya cukup untuk 2 mobil dengan tikungan yang cukup ekstrem. Skill mengemudi cukup diuji disini. Konsentrasi tinggi dibutuhkan oleh pengemudi.
Cukup panjang juga rute ekstrem ini kami lalui, sampai akhirnya kami masuk ke daerah pemukiman. Dan akhirnya sampai ke tujuan
Tak heran rute ini dijuluki tanjakan sarebu (tanjakan seribu) oleh warga, karena memang tanjakan dan turunanlah yang kami lalui.
Ketika pulang, kami tidak mau mengulang pengalaman mengerikan,sehingga kami memutuskan untuk pulang lebih siang dan ternyata pemandangan mengerikan di malam hari, adalah pemandangan yang sangat indah di siang hari. Sejauh mata memandang terhampar pemandangan hijau,dihiasi air terjun di tebing – tebing yang menjulang tinggi.Cukup menakjubkan sih bagi kami yang sudah 1,5 tahun tidak pernah pergi berlibur.Begitu juga ketika memasuki area perkebunan the Rancabali. Kembali kami disambut oleh hamparan hijau dari perkebunan teh. Benar-benar hilang kesan mengerikan yang kami dapat di malam hari. Jadi,kalau Observer memang berniat ke Pantai Ranca Buaya sebaiknya perjalanan dilakukan di siang hari ya. Oiya, untuk yang suka mabuk darat mungkin harus bawa persediaan antimo.
Source @ahmadsopung
Source: @herdiseptian07
SPBU besar agak sulit, tapi jangan takut pertamini mudah sekali ditemukan. Kebanyakan menjual solar, pertalite dan pertamax.
The Beach:
Laut di Pantai Ranca Buaya ini adalah Samudera Indonesia, sehingga memang ombaknya cukup besar dan arus tidak bisa diprediksi.Maka sebaiknya tidak berenang atau bermain terlalu ke tengah. Tapi memang pantai yang kami datangi ini termasuk pantai yang sepi. Hanya ada kami sekeluarga dan 2 orang nelayan yang sedang menarik jala. Serasa punya pantai pribadi. Pantainya juga bersih, tidak ada sampah plastic atau sampah lain yang biasa kita temui di pantai. Tak terasa 4 jam kami habiskan untuk bermain di pantai. Oiya, pantai ini bukan pantai komersil ya, maksudnya jangan harapkan kita bisa menemukan warung atau pedagang makanan. Tidak ada sarana permainan air seperti jetski atau bahkan penyewaan bodyboard.Tapi, ternyata bermain ombak, pasir dan berjemur sudah sangat menyenangkan!
Where to Stay:
Di sana kami menyewa bungalow Joglo Ciwaru, yang merupakan bagian dari grup WALE (yang merupakan pemilik dari Warung Lela, Warung Taru, Warung Gati dan Orbital Gallery di Bandung). Bungalow ini dilengkapi dengan 2 kamar tidur (dengan AC untungnya!) dan kamar mandi di setiap kamar.
Di tengahnya ada ruangan yang cukup besar, dengan pemandangan ke arah laut yang dilengkapi dengan kursi-kursi lebar dimana kita bisa leyeh-leyeh sambil menikmati angin dan pemandangan laut.
Makan pagi disediakan oleh bungalow, sementara untuk makan siang kami minta tolong kepada penjaga untuk membeli ikan dan udang segar di pasar ikan, kemudian dimasak oleh koki yang ada di bungalow.
Bungalow ini tidak mewah, namun sangat bersih dan yang penting bisa dipakai untuk beristirahat dengan nyaman.Ada penjaga yang selalu siap membantu, missal membelikan snack atau keperluan lain, karena lokasi minimarket cukup jauh dari bungalow
Uniknya, untuk menuju pinggir pantai, kita harus berjalan menyusuri sawah –sawah. Sebuah sensasi baru untuk anak-anak yang jarang menjelajah alam.
The Verdict:
Ternyata Pantai Ranca Buaya ini bisa menjadi pilihan liburan singkat yang menyenangkan! Tentu saja dengan beberapa catatan seperti lakukan perjalanan di siang hari. Oiya sebaiknya membawa stok snack yang cukup banyak karena lokasi bungalow agak jauh ke minimarket. Tempat ini cocok untuk menyepi, karena bahkan sinyal pun agak sulit. Tapi tenang, di jalan raya yang kami lalui tidak pernah terjadi blank spot untuk sinyal.