Penulis: Firsa Amanda | Editor: Ratna MU Harahap

JOUHATSU1

Selain memiliki kota yang indah, teknologi yang serba canggih, destinasi wisata yang menarik bagi para turis, Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat bunuh diri yang cukup tinggi diantara negara maju lainnya. Berbeda dengan di Indonesia, dalam budaya Jepang melakukan bunuh diri bukan suatu hal yang berdosa, orang Jepang memandangnya sebagai bentuk dari tanggung jawab.

Di dunia ini beberapa orang memutuskan untuk menghilang dari kehidupan mereka sendiri tanpa jejak. Karena makin kesini orang Jepang menyadari bahwa melakukan bunuh diri itu tidak baik, maka mereka memilih cara baru yaitu dengan menghilang tanpa meninggalkan jejak. Cara menghilang itu dinamakan “Jouhatsu”. Jouhatsu merupakan pilihan alternative bagi warga Jepang yang depresi atau bahkan ingin bunuh diri.

JOUHATSU2

Dari hutang yang tak terhindarkan hingga pernikahan tanpa cinta, motivasi yang mendorong untuk melakukan jouhatsu bisa bermacam-macam. Setiap tahun beberapa warga Jepang memilih untuk menghilang dan meninggalkan kehidupan, pekerjaan, rumah, dan bahkan mereka rela meninggalkan keluarganya demi memulai hidup yang baru. Lebih ekstremnya lagi mereka rela untuk melakukan operasi plastik agar tidak ada satu pun orang yang mengenalinya.

Untuk melakukan Jouhatsu ada beberapa perusahaan untuk menangani hal ini. Perusahaan tersebut dapat membantu mereka yang ingin melarikan diri tanpa diketahui oleh siapapun. Pelayanan ini disebut layanan “pindah malam”, mengacu pada sifat rahasia. Perusahaan membantu orang-orang yang ingin menghilang secara diam-diam melepaskan diri dari kehidupan mereka, dan dapat menyediakan tempat tinggal bagi mereka secara rahasia.

JOUHATSU3

Saat ini jouhatsu menjadi fenomena di Jepang dan semakin banyak kasus orang hilang. Orang hilang tersebut bukanlah karena bunuh diri, melainkan mereka menghilang membuat identitas baru dengan mendaftar dan membayar kepada perusahaan khusus yang menangani hal ini. Setelah melakukan hal itu, warga tersebut akan diberikan nama baru dan dipindahkan ke kota lain untuk memulai hidup baru.

Alasan untuk menghilang tidak melulu karena depresi dan memiliki banyak masalah. Orang Jepang memanfaatkannya seperti untuk masuk universitas, mendapatkan pekerjaan baru atau menikah. Tapi ada juga yang menyedihkan – misalnya, seperti putus kuliah, kehilangan pekerjaan, atau melarikan diri dari penguntit. Pada awalnya, orang-orang melakukan jouhatsu ini karena mengira kehancuran financial akan menjadi satu-satunya hal yang mendorong orang untuk melarikan diri dari kehidupan mereka yang bermasalah, tetapi ternyata ada alasan sosial juga. Pemilik perusahaan jouhatsu mengatakan “Apa yang kami lakukan adalah mendukung orang untuk memulai kehidupan kedua”.

Melakukan jouhatsu privasi sangat dilindungi: orang hilang dapat dengan bebas menarik uang dari ATM tanpa ditandai, dan anggota keluarga mereka tidak dapat mengakses video keamanan yang mungkin merekam orang yang mereka cintai dalam pelarian. Polisi pun tidak akan campur tangan kecuali ada alasan lain – seperti kejahatan atau kecelakaan. Yang bisa dapat dilakukan keluarga jika ingin mencari seseorang yang menghilang adalah membayar sejumlah uang yang banyak untuk seorang detektif swasta.

Gimana menurut pendapatmu Observer jika suatu saat nanti Indonesia melegalkan hal seperti jouhatsu ini untuk warga negaranya yang ingin menghilang dengan waktu yang lama bahkan mengganti identitasnya?

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *