Penulis: Christopher Rahardja| Editor: Ratna MU Harahap
Siapa dari Observer yang suka membuang sisa makanan atau tidak menghabiskan makanan yang sudah tersedia di piring? Biasanya hal ini sering terjadi di restoran atau di undangan massal, dimana banyak sekali makanan sisa yang terbuang karena kita mengambilnya terlalu banyak, atau kadang porsi makan kita yang sedikit karena sedang diet. Ternyata membahas hal ini akan menarik karena bukan saja mubazir namun juga makanan yang Observer buang ini akan menimbulkan dampak lain yang lebih luas lagi. Apakah itu?
Makanan sisa yang tiap hari kita buang, itu menyebabkan 1,5 juta bayi di seluruh dunia meninggal akibat kurang gizi dan kelaparan ! Hal ini tidak kita sadari, padahal jika dibandingkan dengan virus COVID-19 yang menjadi pandemi di seluruh dunia, kelaparan dan kurang gizi telah merenggut nyawa lebih banyak orang, serta membuat banyak orang kehilangan mata pencaharian.
Kenapa seperti itu?
1.Masalah kemanusiaan
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2020 menyebutkan bahwa sampah makanan merupakan jenis sampah terbanyak yang timbul, yaitu 39,8 persen dari seluruh jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia.
Kalau dihitung setiap penduduk Indonesia menghasilkan sampah sekitar 300kg/orang per tahun. Bila dikalkulasikan dari semua jumlah penduduk,sampah yang dihasilkan bisa lebih berat 5x lipat daripada monas.
Untuk Jakarta saja ada 7.500 ton/hari sampah makanan yang dibuang. Sedangkan kita tahu Indonesia bukan negara dengan ekonominya yang maju, masih banyak saudara di tempat lain dan tetangga yang kekurangan dana untuk membeli makanan.
Bahkan di berita awal tahun 2022, sudah diberitakan mengenai angka kelaparan yang cukup membuat kita geleng-geleng kepala karena jumlah anak yang mengalami stunting atau kurang gizi juga cukup besar di Indonesia, bahkan dari estimasi UNICEF, ada 31,8 persen anak stunting di Indonesia. Indonesia di tahun 2021 masih meraih predikat very high (sangat tinggi) untuk jumlah anak stunting atau kurang gizi ini.
Uniknya 1,3 juta ton per tahun sampah makanan yang dibuang itu, kalau dirupiahkan menghasilkan Rp. 27 triliun. Bayangkan Indonesia yang rakyatnya masih ada yang miskin, tapi tanpa sadar membuang Rp. 27 trilliun setiap tahunnya. Sedangkan setelah itu, negara diharuskan berhutang untuk menstabilkan harga bahan pangan dengan mengimpornya.
2. Masalah lingkungan hidup
Sampah makanan menghasilkan gas metana yang dapat menimbulkan efek rumah kaca. Hal ini akan berdampak pada pemanasan global di seluruh dunia. Bisa dibayangkan di Indonesia saja sudah banyak seperti itu apalagi di negara lain dengan populasi yang juga lebih banyak, seperti China dan India. Maka tak heran kalau efek pemanasan global menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Belum lagi masalah dimana bisa terjadi ledakan gas metana yang dapat mengakibatkan korban jiwa.
Selain itu,air hujan yang mengenai sampah makanan bila masuk ke area sungai akan merusak ekosistem mahluk hidup dan mengakibatkan banyak hewan yang punah lebih cepat.
Menariknya Indonesia yang yang bukanlah termasuk negara maju namun ternyata menjadi negara terbesar kedua dalam menghasilkan sampah di dunia, dimana yang pertama adalah Arab Saudi, yang ketiga Amerika dan keempat adalah Uni Emirat Arab.Aneh kan? Indonesia dalam hal ini bersanding dengan negara-negara kaya yang notabene rendah angka kemiskinan, anak kekurangan gizi dan juga minim pinjaman ke negara lain,
Untuk itu bijaklah dalam mengkonsumsi makanan, karena disaat Observers membuang makanan,disisi lain ada banyak manusia yang merintih perih karena perutnya tak terisi.