Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Hai Observer, akhirnya setelah 2 tahun berada dalam kondisi yang membingungkan, mengesalkan dan mengkhawatirkan sekarang semua tampak sudah kembali berjalan seperti semula. Kantor dan sekolah sudah dilakukan secara offline, begitu pula acara-acara lain seperti konser, pernikahan gathering dll juga sudah mulai dilakukan secara offline. Bahkan, pemakaian masker sudah tidak diharuskan pada saat kita sedang melaksanakan aktivitas di luar ruangan.
Tapi sadarkan Observer, bahwa belakangan ini makin banyak anak-anak yang terserang penyakit flu, batuk dan pilek. Padahal menurut data yang dikumpulkan oleh KK Women’s and Children’s Hospital (KKH), Singapore General Hospital dan National University Hospital di Singapura menunjukan bahwa penyakit Non Covid 19 yang berhubungan dengan saluran pernafasan hampir menghilang sejak diberlakukannya “circuit breaker” di negara tersebut.
Ketika akhirnya pembatasan aktifitas mulai diperlonggar, pelan-pelan penyakit tersebut muncul kembali, walau tidak sebanyak ketika sebelum pandemik. Mungkin karena masyarakat masih menerapkan prokes ketat dalam kehidupan sehari-hari. Ketika Covid 19 varian delta memuncak pada pertengahan tahun 2021, penyakit-penyakit ini pun kembali menghilang.
Saat ini penyakit-penyakit “lama” tersebut kembali bermunculan. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh virus, seperti radang tenggorokan, enterovirus, HFMD atau flu singapura meningkat dengan drastis terutama pada anak-anak.
Bukan hanya di Asia, penyakit-penyakit ini juga meningkat di negara 4 musim padahal biasanya penyakit ini hanya muncul pada saat musim dingin saja.
Apa sih penjelasan atas meningkatnya kasus kasus ini? Menurut para ahli, hal ini disebabkan oleh sebuah kondisi yang biasa disebut “Immunity Debt” atau Hutang Imunitas, yaitu kondisi dimana anak-anak kurang terpapar oleh virus-virus penyebab penyakit-penyakit ini dibanding pada masa sebelum pandemi, sehingga kurang memiliki imunitas terhadap penyakit ini.
Salah satu yang harus kita waspadai adalah apabila anak terjangkit “multiple infection” misal, COVID 19 dan HFMD karena akan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Anak-anak yang memiliki penyakit pernafasan bawaan akan lebih rentan terjangkit “multiple infection” dengan dampak yang lebih parah daripada anak-anak lain.
Para ahli berpendapat, bahwa meningkatnya kasus penyakit-penyakit ini juga menandakan bahwa kondisi sudah hampir kembali normal.
Yang perlu kita lakukan adalah tetap menjalankan prosedur kesehatan yang ketat terhadap anak-anak dan diri kita sendiri. Memang pandemik COVID 19 ini banyak merubah gaya hidup dan cara kita menjaga diri dari virus, dan sebaiknya kita tetap menerapkan kebiasaan kebiasaan tersebut.
Selain itu, para ahli juga merekomendasikan pemberian vaksin influenza setiap tahun untuk semua orang yang berusia di atas 6 bulan, terutama anak-anak dan kaum lansia.
Nah Observer, jadi jangan lengah untuk tetap menerapkan prokes ya. Karena walaupun kondisi terlihat sudah kembali normal, namun ternyata virus akan selalu menghantui kehidupan kita.
Sumber: