Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Halo Observer, ternyata badai pandemik COVID kemarin membuat sebuah perubahan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan infrastruktur suatu negara. Peraturan yang melarang warga berkumpul di ruang tertutup di hampir seluruh negara di dunia, membuat beberapa kota dengan sigap merespon kondisi ini dengan memperbaiki infrastruktur yang berkaitan dengan aktivitas outdoor warganya. Beberapa kota menerapkan “jalan khusus pejalan kaki”, merubah area parkir menjadi pop up outdoor restoran dan menambah jalur sepeda. Perubahan ini tentu merubah wajah kota, dimana tadinya kota ini penuh dengan kendaraan dan sekarang sudah menjadi kota yang ramah bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Inisiasi ini terus dilakukan bahkan ketika wabah sudah mereda. Bahkan beberapa kota berhasil merubah infrastrukturnya dengan pesat, sehingga membuat kota-kota ini menjadi surga bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Paris, Perancis
Kota Paris sudah mendahului kota-kota lain dalam insiasi ini. Pada tahun 2016, sebagai bagian dari gerakan untuk mengurangi jumlah kendaraan, area daratan bagian bawah di sepanjang Sungai Seine hanya ditujukan untuk pejalan kaki. Bahkan inisisasi ini dibuat permanen pada tahun 2018.
Di tahun 2020, Walikota Anne Hidalgo terpilih ulang karena programnya “ 15 Minutes City “, konsep dimana para penduduk bisa mencapai beragam tempat aktivitas seperti sekolah, pasar, rumah sakit dalam waktu 15 menit berjalan kaki atau naik sepeda.
Kondisi pandemik dan aksi mogok pekerja transportasi juga semakin memperkuat popularitas aktivitas berjalan kaki dan bersepeda bagi warga Paris.
Lajur sepeda tambahan dan area parkir sepeda mulai dibangun dengan target pada tahun 2026 sudah bertambah sepanjang 180 km dan ada area parkir yang bisa memuat 180,000 sepeda di segala penjuru Kota Paris. Jalur utama seperti Rue de Rivoli di pusat Kota Paris, telah mengurangi lajur untuk mobil menjadi 1 lajur, sementara lajur pesepeda ditambah menjadi 3 lajur. Kota Paris juga memiliki rencana untuk menanam 170.000 pohon sampai dengan tahun 2026 nanti, sehingga pejalan kaki dan pengendara sepeda semakin nyaman dalam menjalankan aktivitasnya.
Bogotá, Kolombia
Kota Bogotá (dan negara Kolombia pada umumnnya ) memang telah memiliki budaya bersepeda yang kuat, bahkan bersepeda sudah menjadi salah satu olahraga yang paling digemari.
Pada tahun 2020, Walikota Claudia Lopez mencanangkan untuk menambah lajur sepeda sepanjang 84 Km dari lajur yang sudah ada, Ciclorutta sepanjang 550km, yang merupakan salah satu lajur sepeda terpanjang di dunia. Bogotá juga merupakan salah satu dari kota pertama yang langsung membuat pop up lajur sepeda selama pandemik. Hal ini dirasakan sebagai perubahan yang positif oleh warga, karena merubah vibes Kota Bogotá menjadi lebih ramah seperti Amsterdam dan Kopenhagen.
Saat ini juga sudah diterapkan program Ciclovia atau “car free day”, pada hari minggu dan hari libur nasional, yang menarik sekitar 1,5 juta pejalan kaki, pengendara sepeda dan para pelari untuk menikmati jalanan yang bebas kendaraan ini.
Milan, Italia
Italia merupakan salah satu negara yang terdampak cukup berat dari pandemik. Dan kota-kota di Italia langsung beradaptasi untuk menyediakan alternatif transportasi publik, terutama untuk kota yang padat penduduk. Salah satunya adalah Milan, yang pada musim panas 2020 kemarin menghadirkan sebuah rancangan yang cukup ambisius untuk memperluas trotoar dan mengembangkan lajur sepeda sepanjang 35 km di pusat kotanya. Perubahan ini ditanggapi dengan cepat oleh penduduk, terbukti dengan semakin maraknya restoran dengan area outdoor, pasar terbuka dan taman umum yang dikelola oleh warga.
Saat ini Milan juga sudah memiliki CityLife District yang merupakan area bebas kendaraan bermotor terbesar di Eropa, yang memiliki area hijau yang tersebar di berbagai penjuru, lajur sepeda dan area komunal outdoor.
Kita juga bisa menyusuri tepi Kanal Navigli dan menikmati beragam pilihan restoran, bar dan hiburan. Atau mengunjungi Kawasan Isola juga sudah berubah dari area industri menjadi area bebas kendaraan bermotor yang dipenuhi oleh café, gallery dan butik.
Selain itu pemerintah juga mengadakan BikeMI, layanan penyewaan sepeda yang tersebar di 300 titik di segala penjuru Kota Milan, sehingga turis bisa menggunakan sepeda untuk menikmati keindahan Kota Milan dengan nyaman.
San Francisco, US
San Fransisco melakukan insisiasi “Slow Street“ di awal pandemik, dimana diberlakukan aturan yang ketat untuk membatasi jumlah kendaraan dan kecepatan kendaraan di 30 koridor utama untuk membuat koridor ini menjadi lebih ramah bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh pemerintah kota, program ini berhasil mengurangi jumlah kendaraan sebanyak 50%, meningkatkan jumlah pejalan kaki sebanyak 17% dan meningkatkan jumlah pengendara sepeda sebanyak 65%.
Sayangnya, saat ini kondisi jalanan sudah berubah kembali seperti sebelum masa pandemi. Walau demikian warga berusaha agar program ini tetap diberlakukan di 4 koridor utama, yaitu di Golden Gate Avenue, Lake Street, Sanchez Street and Shotwell Street. Di bulan September, kembali akan dilakukan pengkajian ulang untuk memberlakukan program ini di koridor lainnya.
Walaupun masih banyak yang harus dibenahi, namun San Fransisco merupakan salah satu kota yang paling ramah terhadap pejalan kaki, terbukti dalam sejarahnya setelah gempa bumi besar melanda kota ini pada tahun 1989, sebuah lajur jalan bebas hambatan yang rusak berat dibangun dan dikembangkan kembali menjadi The Embarcadero, yang merupakan area pejalan kaki utama di San Fransisco.
Semoga, suatu saat kota-kota besar di Indonesia juga bisa menjadi kota yang lebih ramah pada pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengguna kendaraan umum ya.
Sumber: