Detox digital telah menjadi tren global sebagai respons terhadap banyaknya keluhan yang terjadi akibat terlalu banyak berinteraksi dengan gawai. Kecanduan digital ini memiliki efek yang berbeda beda, mulai dari sekedar pusing, mata lelah, stress, gangguan system syaraf di jari, hingga gangguan fungsi sosial. Kecanduan digital ini sama seperti kecanduan lainnya, membuat orang merasa lebih nyaman, yang terjadi karena pusat rasa senang di otak yaitu ventral tegmental area (VTA) terus mengeluarkan hormone dopamin yang membuat orang merasa senang dan puas.
Salah satu gejala orang kecanduan digital adalah munculnya sifat kompulsif, yang gejala nya terlihat pada fenomena fear out missing out (FOMO) dan juga nomophobia (ketakutan tidak bisa terhubung dengan dunia digital).
Sebuah survey yang dilakukan oleh Global Web Index yang dilakukan terhadap 4.438 responden menyatakan bahwa 19% telah melakukan detox digital, 51% melakukan diet digital, dan sisanya belum peduli terhadap langkah-langkah tersebut.
Kebanyakan pelaku detox digital beralasan mereka ingin punya banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga, lebih sehat dan bisa melakukan berbagai hal positif diluar berinteraksi dengan gawai.
Sebenarnya banyak faktor mengapa orang sampai mengalami kecandual digital. Tapi salah satu yang paling menonjol adalah faktor kesepian dan kurang aktivitas yang bisa dilakukan. Tak heran bahwa setiap orang bisa saja terkena kecanduan ini, tanpa mengenal usia. Orang tua, dewasa dan anak-anak sangat rentan untuk mengalami hal ini.
Terlihat memang pada keluarga saya, Ibu saya yang memang sudah pensiun tidak memiliki banyak aktivitas di luar karena beliau merasa tidak nyaman dan repot untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Menurut dia , ah di rumah juga masih bisa berinteraksi dengan teman-teman via facebook, tidak usah repot untuk keluar. Belakangan ini beliau sering mengeluh pusing, dan ternyata setelah mencoba mengurangi aktivitas menggunakan gawai penyakitnya ini berkurang. Tapi muncul masalah baru yaitu bosan. Anak saya lain lagi, hobby nya bermain game yang bisa dilakukan selama berjam-jam. Ia malas untuk bermain di luar karena lingkungan di luar rumah kurang kondusif karena terlalu banyak kendaraan berlalu lalang. Akibatnya, selain jumlah teman nya sedikit sekali, ia juga sering mengeluh pusing dan prestasi belajarnya pun menurun drastis. Belakangan, kami mulai mencoba membatasi waktu bermain game nya. Keluhan sakit kepala memang berkurang, tapi tetap saja ia malas berinteraksi di luar rumah.
Dari 2 kasus ini, rasanya tepat sekali keputusan yang saya buat di awal tahun 2019 ini, dengan pindah ke Cluster Caelus di BSD City. Rasanya, dengan tinggal di Cluster Caelus, detox digital akan lebih mudah dilakukan.
Pertama, desain layout rumah yang terbuka sehingga memudahkan para anggota keluarga untuk saling berinteraksi tanpa ada batasan. Layout terbuka ini membuat suasana di dalam rumah terasa lebih hangat dan homy. Banyaknya bukaan juga membuat cahaya matahari leluasa masuk sehingga ruangan terasa lebih terang
Kedua, fasilitas lengkap yang ada di Cluster Caelus. Club house saja ada 3, Phi Phi Club, Barbuda Club, dan Bora Bora Club. Ketiga Clubhouse ini dilengkapi dengan swimming pool dan beragam permainan dengan tema yang berbeda beda.
Ketiga, sarana penunjang yang meningkatkan kenyamanan penghuni. Contohnya connectivity path yang merupakan jalur khusus pejalan kaki, yang menghubungkan antara rumah dan ketiga clubhouse tersebut. Jadi para penghuni bisa berjalan dengan nyaman tanpa harus takut tertabrak, orang tua akan merasa lebih aman untuk melepas anaknya keluar, dan anak pun akan merasa lebih percaya diri untuk pergi sendiri tanpa harus ditemani orang tua.
Keempat, sarana dan prasarana di BSD City yang membuat warga bersemangat untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Ada Hutan Kota yang asri dan rindang, ada pasar modern BSD yang kondisinya sangat nyaman sehingga pengalaman berbelanja akan menjadi sangat menyenangkan, ada pula AEON Mal yang lengkap dan beragam tempat rekreasi lainnya.
Terbukti, ketika saya mengajak keluarga untuk melihat rumah contoh di Cluster Caelus kemarin, mereka seperti melupakan gawainya pada hari itu. Ibu saya sibuk melakukan inspeksi ke seluruh bagian rumah, melihat ke setiap kamar, sampai akhirnya beliau berkompromi dengan anak saya mengenai pembagian kamar mereka nanti. Anak saya sibuk sekali naik turun ke attic room yang nyaman, dan tak lama dia sibuk berlari-lari di halaman belakang.
Ketika kami berjalan menuju Phi Phi Club dan Bora Bora club, Ibu terlihat bersemangat berjalan karena beliau merasakan udara yang lebih bersih dan segar di sini. Nantinya beliau berencana akan rutin berjalan setiap pagi. Ketika melihat kondisi Phi Phi Club dan Bora-Bora Club, terlihat ekspresi yang bahagia terpancar dari Ibu dan anak saya. Mereka langsung membuat rencana untuk berenang 2x seminggu. Cukup surprise juga saya mendengarnya karena rasanya sudah lama sekali mereka bersemangat untuk melakukan aktivitas fisik bersama.
Setelah selesai melihat rumah contoh, Ibu mengajak saya untuk mampir ke pasar modern. Beliau senang sekali melihat kondisi pasar yang bersih, tidak becek dan jauh dari kesan kumuh. Sampai beliau bilang, kalau nanti kita sudah tinggal di Caelus, biar saya saja yang masak tiap hari.
Kami pulang menjelang sore hari. Saya perhatikan seharian ini tidak sekalipun Ibu berlama-lama membuka gawainya. Anak saya pun tidak merengek rengek minta cepat pulang karena ia ingin bermain game. Pertanda baik nih.
Harapan saya, kepindahan kami ke Cluster Caelus akan melancarkan upaya saya melakukan detox digital kepada keluarga saya, sehingga akan terbangun interaksi yang baik untuk membuat kehidupan keluarga kami terasa lebih bermakna bagi setiap anggota keluarga.