Usia 50 Mau Ambil KPR? Lakukan Sekarang!
Tidak semua orang cukup beruntung mendapatkan financial education dalam usia yang cukup muda sehingga memiliki banyak waktu untuk mencapai tujuan keuangannya. Salah satu klien saya adalah seorang dokter gigi di Jakarta. Kita sebut saja Dokter A. Pada saat bertemu saya, Dokter A baru saja menerima uang tunai sebesar Rp. 200,000,000 dari keluarga yang sedang bagi waris. Tujuan awal ia bertemu saya sebenarnya hanya untuk berkonsultasi singkat, tabungan jenis apa yang cocok untuknya agar nilai uang tersebut tidak jatuh dalam jangka panjang, apalagi ditengah gonjang-ganjing kenaikan dolar seperti saat ini. Memang, dalam kasus Dokter A, tidak ada keperluan mendesak yang harus segera ia bayarkan sehingga tujuan penyimpanan Rp. 200,000,000 tersebut adalah untuk jangka panjang.
Pada saat pembicaraan awal saya ketahui bahwa usia Dokter A sudah 50 tahun, sehingga saya jadi bertanya bagaimana rencana dokter tersebut menghadapi masa pensiun. Saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa yang bersangkutan juga belum memiliki tempat tinggal dan masih menyewa serta tidak ada tabungan pensiun. Untungnya ia masih punya asuransi kesehatan.
Saya langsung terpikir Asatti. Dengan 560 jutaan, Dokter A ini sudah bisa memiliki asset rumah. Bonusnya, perkembangan BSD City sedang ramai – ramainya dan terpesat di Indonesia berdasarkan analisa harian Kontan 27 Juli 2018 sehingga sebenarnya Dokter A bisa membuka praktek keduanya di BSD City ini.
Awalnya sih, Dokter A, resisten terhadap ide pembelian Asatti. Pertama, ia tidak yakin apakah ia akan mampu membayar cicilan setiap bulan. Dalam bayangannya, cicilan KPR itu pasti mahal. Selain itu, karena seumur hidupnya ia tinggal di daerah Jakarta Selatan, ia masih punya image bahwa BSD itu jauuuh.
Sebenarnya, usia 50 tahun masih memungkinkan untuk mulai mencicil rumah atau apartemen. Apalagi bagi seorang dokter gigi, batas maksimum umur pada saat KPR / KPA dilunasi adalah 65 tahun karena tergolong dalam kelompok wiraswasta / profesional. Asatti ditawakan mulai harga Rp. 560 jutaan. Apabila DP kemudian dibayarkan sebesar Rp. 200,000,000, maka cicilan KPA per bulan adalah kurang lebih sebesar Rp. 4,500,000 untuk jangka waktu KPA 10 tahun. Tentu saja jumlah ini relatif terjangkau. Dengan harga tersebut, Asatti sudah bisa menawarkan fasilitas – fasilitas menarik bagi penghuninya dimulai dari danau alami dan lingkungan hijau yang memberi efek relaks, kolam renang dan floating deck sepanjang 150 m, pedestrian serta adventure park yang sulit ditandingi oleh pesaing – pesaing sejenisnya.
Mengetahui bahwa cicilannya sebenarnya terjangkau untuk sang dokter, ia pun memutuskan untuk menjajal BSD untuk menuntaskan concern-nya mengenai jarak BSD. Satu harian diputuskan untuk berkeliling BSD dari mulai AEON Mall yang dekat dengan Vanya Park, tempat Asatti berlokasi, the Breeze, hingga rumah sakit seperti OMNI Hospital. Sang dokter pun semangat karena mulai terpikir bahwa ia bisa membuka praktek kedua di daerah berkembang seperti BSD ini. Untuk menjangkau lokasi praktek utamanya yang berada di daerah Lebak Bulus, tol sudah tersedia.
Yang lebih menarik lagi untuk Dokter A, Vanya Park berencana untuk menyiapkan divisi pemasaran khusus untuk menyewakan unit – unit di Vanya Park. Walaupun Dokter A berencana menggunakan Asatti untuk tempat tinggalnya sendiri tetapi mengetahui adanya fasilitas ini, membuat ia lebih lega. Selalu ada plan B untuk menyewakan low-rise apartment ini seandainya, terjadi perubahan rencana.
Jadi, jangan putus asa untuk mulai berinvestasi di usia 50 ya, Observer. Walaupun pilihan investasi Observer mungkin tidak bisa sebanyak Observer yang berusia 20an, tetapi, selama pertimbangan kebutuhan Observer dan kondisi kesehatan dan kemampuan pendanaan diukur dengan baik, Observer masih bisa memiliki investasi yang menguntungkan.