Penulis: Firsa Amanda | Editor: Ratna MU Harahap
Halo Observer, kita semua pernah mendengar tahu bahwa kita memiliki lima indera yaitu indera penglihat (mata), indera pendengar (telinga), indera pembau/pencium (hidung), indera pengecap (lidah) dan indera peraba (kulit). Gagasan itu berasal dari filsuf Yunani, Aristoteles.
Akan tetapi, saat ini seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Tahukah Observer bahwa sebenarnya ilmu pengetahuan modern telah mengidentifikasi sebanyak 32 indera, dengan melihat reseptor dalam tubuh kita yang bertugas menerima dan menyampaikan informasi tertentu.
Indera kita juga cenderung bekerja bersama-sama tanpa kita sadari. Kita sering menganggap remeh sistem yang rumit ini – sampai ada sesuatu yang tidak beres, baru kita akan mencari pengertian yang lebih dalam tentang kompleksitas tubuh manusia.
Karena itu, sebelum sesuatu yang buruk terjadi, lebih baik kita mempelajari lebih lanjut tentang indera kita yang pasti dapat membantu kita memahami masalah kesehatan dan menghargai berbagai cara tubuh kita bekerja dengan indah. Berikut ini adalah enam indera yang mungkin tidak Observer sadari:
1. Indera Vestibular (Indera Keseimbangan)
Indera vestibular adalah indera internal yang bertugas untuk mengatur keseimbangan ketika tubuh bergerak. Setiap kali kita menggerakkan kepala, kita mengaktifkan satu set reseptor di telinga bagian dalam yang memungkinkan kita untuk menyeimbangkannya. Indera vestibular juga diaktifkan oleh gaya gravitasi ke bawah. Hal ini memungkinkan kita untuk mengetahui arah atas atau bawah, kanan atau kiri.
Latihan keseimbangan dapat membantu meningkatkan indera vestibular, yang mulai menurun setelah usia 40 tahun. Itulah sebabnya mengapa para lansia mungkin tidak stabil saat berjalan. Catatan tambahan: “Out of body experience” (sebuah pengalaman seseorang yang dapat merasakan dirinya keluar dari tubuh fisiknya dan dapat melihat tubuhnya) merupakan peristiwa ketika indera vestibular tidak bekerja secara normal. Ini adalah sensasi yang menakutkan, tidak merasa “membumi”.
2. Proprioception
Otot dan persendian kita mengandung reseptor yang mengatur bagaimana tubuh kita menempati ruang. Reseptor propriosepsi ini berfungsi saat kita berjalan di jalanan yang cukup ramai, kita bisa menghindari untuk bertabrakan dengan orang lainnya (walaupun ketika melihat ponsel tidak membantu), ketika menaiki tangga tanpa melihat ke bawah, atau menyentuhkan jari ke ujung hidung yang sebenarnya tidak terlihat oleh mata kita.
Reseptor yang sama ini memberikan umpan balik tentang bagaimana otot-otot kita mempengaruhi lingkungan. Seorang anak yang menggunakan terlalu banyak tenaga saat menulis atau mewarnai, misalnya, mungkin membutuhkan pelatihan propriosepsi. Pemain sepak bola, di sisi lain, adalah ahli propriosepsi. Mereka bergerak dengan lancar di sekitar rintangan, melihatnya dari jauh, dan tahu persis seberapa keras melempar bola.
3. Penginderaan Batin (Interosepsi)
Orang juga sangat bervariasi dalam kesadaran mereka akan sinyal tubuh bagian dalam, yang dikenal sebagai interosepsi. Interosepsi adalah kemampuan untuk merasakan apa yang terjadi di dalam tubuh. Contoh ketika seseorang yang merasakan kenyang akibat makan atau minum terlalu banyak.
Penginderaan batin ini tidak hanya memberi tahu kita jika kita lapar atau lelah. Melainkan dapat membuat Observer menyadari berbagai sensasi seperti rasa panas, dingin, lapar, keinginan buang air, serta emosi. Hal ini memungkinkan kita untuk mencatat emosi kita sendiri, yang sering kali dimulai sebagai sensasi fisik. Itulah mengapa meditasi dapat membantu dengan kesadaran tubuh dan pengetahuan diri secara emosional.
4. Termosepsi
Kita memiliki reseptor khusus di kulit kita yang berkomunikasi dengan area di hipotalamus (dikenal sebagai pusat termoregulasi) untuk memantau suhu. Setidaknya ada enam jenis reseptor suhu eksternal yang berbeda di kulit kita, masing-masing dirancang untuk menyesuaikan suhu yang berbeda.
Jika Observer duduk di dekat api unggun, Observer akan merasa panas. Lalu ketika menggenggam es dari kulkas dan Observer akan merasakan betapa dinginnya es itu. Termoseptor di dalam kulit Observer adalah yang merasakan perubahan-perubahan temperatur seperti itu.
Termosepsi juga bekerja tidak perlu menyentuh sesuatu secara fisik untuk merasakan panas tersebut (yang datang dari api unggun, sebagai contoh), jadi termosepsi adalah kategori tersendiri. Termoreseptor di dalam otak Observer membantu mendeteksi dan mengatur perubahan-perubahan temperatur di bagian inti tubuh.
5. Nociception
Kita sebenarnya tahu bahwa kita memiliki yang satu ini – yang disebut rasa sakit. Namun untuk beberapa waktu, rasa sakit tidak dipahami sebagai sistem sensorik tersendiri. Reseptor rasa sakit dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yang berbeda: kulit, somatik (tulang, sendi, otot, dan lainnya), dan visceral (organ tubuh).
Setiap orang berbeda-beda dalam hal yang disebut “pain tolerance”. Nosiseptor masing-masing memiliki intensitas rangsangan minimum sebelum memicu sinyal yang diteruskan ke sumsum tulang belakang ke otak. Berbagai jenis serabut saraf bertanggung jawab atas rasa sakit yang cepat, terlokalisir, serta rasa sakit yang lambat dan, dll.
6. Waktu
Kita berbicara tentang “jam tubuh”, tetapi sebenarnya tubuh kita penuh dengan jam dengan fungsi yang berbeda. Jam biologis kita disetel untuk terbit dan terbenamnya cahaya matahari dan terganggu ketika kita melintasi beberapa zona waktu atau kurang tidur. Jam-jam lainnya disetel untuk interval yang sangat kecil. Tidur kita mencakup beberapa siklus 90 menit; kita memiliki ritme untuk tekanan darah, sekresi hormon, detak jantung, dan banyak lagi.
Namun, bagaimana kita memahami waktu? Ini adalah sebuah misteri. Banyak orang yang memiliki pengalaman terbangun sedetik sebelum alarm berbunyi saat mereka gugup karena harus naik pesawat – meskipun itu bukan waktu bangun tidur yang biasanya. Entah bagaimana, kita bisa merasakan waktu secara akurat saat tertidur. Beberapa orang tahu persis berapa lama sebuah percakapan telah berlangsung dan yang lainnya tidak tahu. Saat kita bosan, waktu bergerak dengan lambat. Ketika kita sedang asyik berbicara, waktu seakan berhenti dan berjam-jam berlalu. Para ilmuwan menunjukkan area otak yang dapat memberikan rasa waktu kepada kita melalui proses tubuh seperti pernapasan dan detak jantung. Meskipun kita tidak tahu bagaimana kita merasakan waktu, yang jelas kita merasakan waktu berlalu.
Source: https://www.interestingfacts.com