Penulis: Santi Apriani| Editor: Ratna MU Harahap
Buat Observer yang bercita-cita menikah muda atau saat ini statusnya baru menikah dan berencana memiliki anak dalam waktu dekat, harus mempersiapkan diri lahir dan batin, jangan hanya melihat lucu/serunya saja : ‘kayanya lucu ya punya anak’, ‘anak itu lucu banget, jadi pengen punya anak’, ‘pengen punya anak biar bisa ada teman’, tapi juga segala persiapan harus dilakukan secara matang karena punya anak itu bukan untuk main-main.
Observer harus siap mengalami fase-fase ‘ketidaknyamanan’ yang dialami tubuh mulai dari saat hamil, bahkan beberapa ibu ada yang mengalami morning sickness : mual-mual, pusing dan muntah-muntah, bahkan kondisi tersebut terkadang dialami juga oleh sang suami (walau kondisi ini cukup langka, namun dirasakan beberapa suami), islitahnya couvade syndrome (baca : https://theobserver.id/mitos-fakta-couvade-syndrome-suami-ngidam/).Kemudian saat bertambahnya usia kandungan mulai deh beberapa bagian tubuh membengkak, tidur tidak nyaman, pinggang sakit/pegal-pegal, dan tentunya merasakan sakit yang luar biasa saat melahirkan dimana sang ibu harus mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Nah… setelah melahirkan bersiaplah untuk adanya kemungkinan mengalami baby blues.
Apa itu baby blues?
Baby Blues merupakan gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah sedih, lelah, lekas marah, menangis tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah, dan sulit untuk berkonsentrasi.
Baby Blues dialami sejak minggu pertama setelah melahirkan dan umumnya bertahan hingga 2 minggu. Keluhan memang tidak terus menerus dirasakan, melainkan hilang timbul. Walaupun begitu, keluhan ini harus diatasi dengan baik agar tidak berkembang menjadi depresi pasca melahirkan (postpartum depression).
Hal ini dialami Brooke Shields, dimana pengalaman dia mengalami postpartum depression dia tuangkan kedalam sebuah buku ‘Down Came the Rain: My Journey With Postpartum Depression’ yang menceritakan pengalaman depresinya pasca melahirkan putrinya Rowan, beberapa kutipan perasaan yang dia rasakan cukup membuat miris :
“Rowan kept crying, and I began to dread the moment when Chris would bring her to me. Although I didn’t dislike her, I wasn’t sure I wanted her living with us. Every time I have been near a baby, any baby, I have always wanted to hold the child. I didn’t feel like I wanted to get too close to Rowan.”
“I thought I might try to escape or wouldn’t be able to stop myself from swallowing a bottle of pills. I even thought I’d welcome being kidnapped. These were strange, irrational fears that still felt real to me.”
Pada akhirnya dia dapat mengatasi depresinya dan berbagi pengalamannya tersebut agar ibu-ibu lain dapat terhindar dan tidak mengalami hal yang sama seperti yang dia rasakan dan alami.
Untuk menghindari baby blues, Observer harus mengetahui terlebih dahulu penyebabnya agar mempersiapkan diri dan tidak ‘kaget’ nantinya. Sebenarnya hingga saat ini, penyebab baby blues belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kondisi ini, di antaranya:
Perubahan hormon
Setelah melahirkan, terjadi perubahan kadar hormon yang cukup drastis. Hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kimia di otak dan memicu terjadinya perubahan suasana hati (mood swing).
Kesulitan beradaptasi
Sulit beradaptasi dengan perubahan yang ada dan tanggung jawab baru sebagai ibu dapat menjadi penyebab baby blues. Banyak ibu baru yang merasa kewalahan untuk mengurus segalanya sendiri, termasuk mengurus kebutuhan Si Kecil.
Kurang tidur
Siklus tidur bayi baru lahir yang belum teratur menyebabkan ibu harus terjaga di malam hari dan menyita banyak waktu tidur mereka. Kurangnya waktu tidur terus menerus akan membuat ibu kelelahan dan tidak nyaman. Hal inilah yang bisa memicu terjadinya baby blues.
Setelah mengetahui kemungkinan penyebabnya, Observer bisa mencari cara untuk mengatasi baby blues. Baby blues umumnya akan hilang dengan sendirinya. Meski demikian, jika Observer mengalaminya, kondisi ini perlu dikelola dengan baik.
Beberapa hal yang bisa Observer lakukan untuk mengatasi baby blues adalah:
1. Jangan bebani diri
Jangan paksakan diri Observer untuk mengerjakan segalanya sendiri. Kerjakanlah apa yang sanggup Observer kerjakan. Bila Observer merasa kewalahan, baik dalam mengurus Si Kecil atau pekerjaan rumah, jangan sungkan untuk meminta bantuan orang-orang terdekat yang dipercaya.
2. Tidur yang cukup
Pastikan waktu tidur Observer tercukupi dengan baik. Manfaatkan waktu tidur Si Kecil untuk Anda tidur. Jika Si Kecil terbangun di malam hari karena mengompol dan Observer masih butuh tidur untuk memulihkan tenaga, jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan untuk mengganti popok Si Kecil dan menjaganya sejenak.
3. Olahraga rutin dan makan makanan berkualitas
Untuk membantu mengatasi baby blues yang dialami, Observer disarankan untuk berolahraga secara rutin. Olahraga tidak hanya dapat mengalihkan perhatian dan kekhawatiran yang Observer rasakan, tapi juga membantu meningkatkan mood dan kualitas tidur.
Apabila Observer tidak sempat berolahraga, makanan juga bisa membantu mengontrol mood Observer. Hindari makanan yang tinggi akan karbohidrat sederhana seperti sirup, kue kering kemasan, dan roti putih. Makanan jenis ini diduga dapat memperparah mood swing.
4. Berbagi cerita
Observer dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru lainnya agar dapat bertukar cerita mengenai perasaan yang Observer alami. Namun, bila hal ini dirasa berat, Observer bisa memulai dengan menceritakannya kepada suami Observer. Lagi pula, suamilah yang berada paling dekat dengan Observer.
5. Luangkan Waktu untuk Me Time
Selain dengan beberapa cara di atas, Observer juga bisa meluangkan waktu selama beberapa hari untuk me time. Hal tersebut mungkin bisa membantu mengatasi gejala baby blues yang Observer rasakan.
Nah… Gimana nih, apakah sekarang Observer sudah siap? Perlu dicatat ya…Tulisan ini bukan bertujuan untuk menakut-nakuti Observer, namun bisa jadi catatan tambahan Observer untuk mempersiapkan diri saat memutuskan memiliki anak, diluar persiapan dana yang harus dipenuhi, sehingga harapannya Observer bisa menjalankan proses kehamilan, melahirkan dan membesarkan anak dengan persiapan yang lebih matang dan lebih happy dalam menjalankan peran sebagai Ibu. Keep healthy and happy
Source & Refrence :