Penulis: Christopher Rahardja| Editor: Ratna MU Harahap
Pada 1 Januari 2022 mendatang, Uni Emirat Arab akan menggeser hari akhir pekan resminya. Sebelumnya, negara ini memiliki akhir pekan pada Jumat dan Sabtu. Ketentuan ini akan diubah menjadi Sabtu dan Minggu dengan hari Jumat menjadi hari kerja setengah hari. Mengapa akhir pekan di berbagai negara tidaklah sama?
Sejarah Akhir Pekan / Weekend
Akhir pekan adalah hari-hari dalam satu pekan yang tidak termasuk dalam hari kerja. Ini adalah saat orang-orang beristirahat di rumah masing-masing atau pergi bersenang-senang.
Sejarah akhir pekan dimulai dari kalangan Yahudi setidaknya pada abad ke-6 SM. Orang Yahudi diwajibkan untuk beristirahat dan tidak melakukan kegiatan apapun pada hari Sabat, yaitu mulai dari matahari terbenam pada hari Jumat sampai saat matahari terbenam pada hari Sabtu. Hari Sabat inilah yang dianggap sebagai “akhir pekan” bagi orang Yahudi karena mereka tidak diperkenankan untuk bekerja.
Di kalangan orang Kristen, hari Minggu adalah waktu untuk beribadah di gereja, mengikuti hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian pada hari Minggu (hari ke-3 setelah wafat).
Dari kedua tradisi inilah, berkembang hari Sabtu dan Minggu sebagai akhir pekan yang umum di Eropa.
Tradisi akhir pekan di masa modern dimulai di Britania Raya pada awal abad ke-19 pada masa Revolusi Industri. Ini mulanya adalah kesepakatan antara pekerja dan pengusaha yaitu pekerja dapat pulang kerja pada pukul 2 siang pada hari Sabtu dengan syarat mereka sudah harus siap kembali bekerja pada Senin pagi dengan kondisi sadar dan segar bugar (pekerja Inggris terkenal suka meminum minuman keras).
Penggunaan kata weekend paling awal ditemukan dalam Notes and Queries keluaran tahun 1879.
Pada 1908, sebuah pabrik tekstil di New England, Amerika Serikat memulai penerapan 5 hari kerja dalam sepekan untuk memberi kesempatan bagi pekerja beragama Yahudi untuk beribadah pada hari Sabat.
Pada 1926, Henry Ford (pemilik Ford Motor Company) menghentikan operasi pabrik pada hari Sabtu dan Minggu.
Pada 1930-an, durasi jam kerja telah berkurang dari hampir 60 jam kerja seminggu menjadi kurang dari 50 jam kerja seminggu. Angka ini bahkan menyusut menjadi 35 jam kerja seminggu selama Depresi Besar.
Pada 1938, Fair Labor Standards Act ditandatangani Presiden Franklin Delano Roosevelt. Undang-undang ini menetapkan standar jam kerja yaitu 8 jam kerja sehari dan 5 hari kerja sepekan (40 jam kerja sepekan). Ini akan menjadi standar jam kerja sepekan yang diadopsi banyak negara seiring bertumbuhnya perdagangan internasional dalam lingkup hegemoni AS.
Setelah Perang Dunia II hingga 1960-an, negara-negara di dunia mulai menerapkan akhir pekan 2 hari untuk menyesuaikan diri dengan perdagangan internasional. Terdapat dua aliran besar : Jumat-Sabtu dan Sabtu-Minggu.
Lama kelamaan, konsep akhir pekan menjadi baku dan menjadi ladang bisnis baru. Tempat rekreasi menawarkan kegembiraan yang bisa dinikmati sekeluarga pada akhir pekan setelah kerja sepekan. Bioskop memutar film keluaran terbaru pada akhir pekan. Akhir pekan pun menjadi identik dengan bersenang-senang. Di Barat, Sabtu malam atau Malam Minggu adalah waktu paling ideal untuk pergi ke pesta atau tempat rekreasi.
Selain itu, terdapat pula tradisi akhir pekan yang berbeda.
Di Romawi Kuno, terdapat sistem pekan 8 hari yang disebut nundinum. Hari ke-8 dari pekan ini, disebut nundinae, merupakan hari warga desa untuk pergi ke kota dan menjual barang dagangannya. Hari ini juga merupakan saat pemuka agama beristirahat.
Di Uni Soviet, pada 1929 diperkenalkan sistem kalender nepreryvka, yang menjatah waktu akhir pekan untuk berbagai kelompok pekerja. Mulanya, terdapat 5 hari dalam sepekan, terdiri atas 4 hari kerja dan 1 hari libur. Namun, hari libur ini tidak sama untuk semua orang. Setiap orang ditentukan pada hari apa akan berlibur berdasarkan kode warna dalam kalender (kuning, merah jambu, merah, ungu, dan hijau). Satu bulan terdiri atas 6 pekan, sehingga dalam 12 bulan terdapat 72 pekan dan 360 hari. 5 hari (6 hari pada tahun kabisat) yang tersisa dijadikan hari libur dan diletakkan sepanjang tahun.
Tujuan dari sistem ini adalah membuat orang melupakan kegiatan beribadah (yang menjadi sulit karena ibadah mengikuti hari dalam sepekan) dan meningkatkan produktivitas (karena dalam 1 hari, hanya 20 persen dari jumlah pekerja yang berlibur karena penjatahan hari libur. Sebagai konsekuensinya, setiap hari, 80 persen dari jumlah angkatan kerja akan bekerja). Namun, hal ini merepotkan karena orang tidak bisa berkumpul dengan keluarga dan teman yang memiliki jatah hari libur yang berbeda.
Pada Desember 1931, sistem ini direvisi dengan 1 pekan kini menjadi 6 hari dan akhir pekan diseragamkan untuk semua orang.
Sistem ini dihentikan pada 26 Juni 1940 dan sistem 7 hari dalam sepekan kembali diberlakukan.
Di Timur Tengah, hari Jumat, ketimbang Minggu, dianggap sebagai akhir pekan. Ini karena pada hari ini dilakukan kegiatan salat Jumat.
Akhir Pekan di Seluruh Dunia
Terdapat variasi waktu akhir pekan di seluruh dunia.
Variasi 2 hari
Kebanyakan negara di dunia memiliki 5 hari kerja dalam sepekan.
Sabtu-Minggu : Ini adalah variasi yang paling umum digunakan di dunia. Kebanyakan negara Barat dan Asia menggunakan variasi ini. Untuk negara mayoritas Muslim yang menerapkan variasi ini, termasuk Indonesia, umumnya jam istirahat makan siang hari Jumat diperpanjang untuk mengakomodasi ibadah salat Jumat atau bahkan pekerja hanya bekerja setengah hari pada hari Jumat.
Jumat-Sabtu : Ini adalah variasi yang umum digunakan di negara berpenduduk mayoritas Muslim, terutama di kawasan Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Bahrain. Variasi ini juga diterapkan di 4 negara bagian Malaysia : Kedah, Kelantan, Terengganu, dan Johor. Namun, beberapa negara pemakainya mulai beralih ke Sabtu-Minggu seperti Uni Emirat Arab.
Kamis-Jumat : Sebelum tahun 2000-an, negara Timur Tengah menerapkan variasi ini sebelum berpindah ke Jumat-Sabtu. Yordania menjadi yang pertama berpindah dari Kamis-Jumat ke Jumat-Sabtu pada pekan kedua Januari 2000, diikuti negara lain. Saat ini, hanya Afganistan yang masih menetapkan Kamis-Jumat sebagai akhir pekan.
Jumat-Minggu : Variasi ini unik karena menjadikan pekerja bekerja pada hari Senin sampai Kamis, kemudian berlibur pada hari Jumat, bekerja lagi pada hari Sabtu, dan berlibur lagi pada hari Minggu. Variasi ini digunakan di Provinsi Aceh (Indonesia), Negara Bagian Sarawak (Malaysia), dan Brunei Darussalam.
Variasi 1 hari
Masih terdapat beberapa negara yang secara resmi menerapkan 6 hari kerja sepekan.
Jumat : Djibouti, Iran, Palestina, dan Somalia secara resmi hanya menganggap Jumat sebagai akhir pekan. Di Iran, sekolah dan kantor pemerintah beraktivitas setengah hari pada Kamis. Di Djibouti, kantor buka lebih pagi (pukul 7-8 pagi) dan tutup lebih awal (pukul 1-2 siang) untuk menghindari cuaca panas.
Sabtu : Nepal, yang menggunakan kalender Vikram Samvat, hanya menjadikan Sabtu sebagai akhir pekan.
Minggu : Variasi ini digunakan di Bolivia, Filipina, Guinea Khatulistiwa, Hong Kong, India, Kolombia (sebagian), Korea Utara, dan Uganda.
Kendala terbesar dari berbedanya waktu akhir pekan di berbagai negara adalah berkurangnya hari kerja efektif dalam perdagangan dan transaksi internasional. Misalnya, negara A menerapkan hari kerja Senin-Jumat dan negara B menerapkan hari kerja Minggu-Kamis. Penduduk di kedua negara hanya bisa melakukan transaksi dengan satu sama lain pada hari Senin hingga Kamis. Ini belum pula memperhitungkan perbedaan zona waktu yang dapat mengurangi jam kerja efektif antar negara.
Referensi