Penulis: Andria Harahap| Editor: Ratna MU Harahap
Halo Observers,kali ini saya mau ajak Observers untuk ngebahas Biomimicry. Apakah Observers sudah tahu atau pernah tahu mengenai Biomimicry ini? Dari yang saya cari, Biomimicry adalah proses peniruan inovasi yang ada di alam dan kemudian diaplikasikan pada teknologi yang dapat dimanfaatkan manusia. Ternyata beberapa teknologi sudah menggunakan proses Biomimicry ini loh. Contohnya model kereta Shinkansen yang terispirasi dari moncong Burung Kingfisher yang membuat kecepatan kereta meningkat hingga 10 persen, konsumsi listrik menurun hingga 15 persen, dan yang terpenting adalah hilangnya suara ledakan saat kereta memasuki terowongan. Kemudian, struktur Black Box pada pesawat yang ditiru dari struktur burung pelatuk sehingga lebih tahan guncangan. Masih ada juga struktur turbin yang mengambil dari struktur sirip hiu.
Bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari, Biomimicry ini juga diterapkan ke dalam desain bangunan. Jadi para arsitek mengambil insiprasi dari alam, untuk diterapkan dalam desain bangunan yang mereka buat. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana arsitek menerapkan Biomimicry ini ke dalam desain mereka.
1.Serpentine Pavilion tahun 2017, yang didesain oleh Diébédo Francis Kéré
Francis Kéré terinspirasi dari pohon Palaver, yang biasanya dijadikan sebagai pusat pertemuan warga di kampung halamannya, di Gando, Burkina Faso. Francis Kéré mendesain supaya bangunan ini tetap responsive terhadap beragam aktivitas yang terjadi di sekitarnya sekaligus menjadi penghubung antara pengunjung dengan alam di sekitarnya. Atapnya mengambil bentuk kanopi dari pohon Palaver ini, sehingga udara bisa mengalir namun tetap bisa melindungi pengunjung dari cuaca London yang berubah-ubah dengan cepat.
Di atap juga ada wadah penampungan air hujan, sehingga ketika terjadi hujan, air akan terkumpul disana, kemudian mengalir ke bawah sambil membuat efek air terjun, sebelum akhirnya masuk ke drainase yang ada di lantai untuk kemudian digunakan sebagai system irigasi keseluruhan area.
Atap dan dinding terbuat dari kayu, sehingga di siang hari bisa berfungsi untuk pelindung dari panasnya matahari, dan mengakibatkan terkumpulnya bayangan yang masuk dari sela-sela kayu. Di malam hari, dinding ini menjadi sumber penerangan bagi lingkungan sekitar karena penerangan dari dalam akan berpendar melalui lubang-lubang di dinding sehingga mengakibatkan suasana di sekitar menjadi lebih terang.
2. House of Hungarian Music di Budapest, yang didesain oleh Sou Fujimoto.
Arsitek asal Jepang, Sou Fujimoto, ditunjuk untuk mendesain gedung konser yang berlokasi di tengah-tengah City Park, Budapest. Inspirasi ia dapatkan ketika ia melihat pohon-pohon yang ada di taman ini.
Untuk memperkuat konsep menyatu dengan alam dan untuk menghadirkan pengalaman kesenian melalui musik yang berpadu dengan cahaya dan suara dari alam, Sou Fujimoto menggunakan 94 buah insulasi panas dan panel kaca untuk menghadirkan fasad yang benar-benar transparan, sehingga mengaburkan batas antara eksterior dan interior.
Struktur atap memiliki 100 lubang dengan bentuk yang terispirasi dari gelombang suara. Atap dibuat berundak, sehingga pohon-pohon yang sudah ada di lokasi sebelum bangunan ini didirikan tetap bisa memiliki tempat hidup, yang berfungsi juga sebagai peneduh dari cahaya yang masuk lewat lubang ini. Hal ini membuat suasana di dalam menjadi unik, karena kita seakan sedang berjalan di bawah pohon, walaupun kita ada di dalam sebuah gedung konser. Selain itu Fujimoto juga menutup rangka atap bagian bawah dengan “daun metal”, yang menyebabkan adanya “pixelated effect” jika kita melihat dari bawah.
Struktur gedung juga dirancang untuk mendukung pengalaman yang luar biasa dari 360° surround sytem. Suara muncul dari segala sudut melalui 31 speaker sehingga menghasilkan efek suara hologram dari dindingnya. Salah satu fitur unggulan dari gedung ini adalah “hemispherical sound dome” yang terispirasi dari composer Karlheinz Stockhausen ketika mengadakan konser aural experience 3D pada tahun 1970 di World Exposition Osaka, Jepang.
Gedung ini selesai dibangun dan sudah bisa dinikmati oleh pengunjung dan penduduk Budapest pada Bulan Januari 2022.
3. The Allen Lambert Galleria di Toronto, yang didesain oleh Santiago Calatrava
Santiago Calatrava menggambar fraktal geometris dari pohon Maple, yang merupakan pohon khas Kanada, ketika menggambar desain landmark Kota Toronto ini. Bangunan ini menjadi penghubung antara distrik finansial dan distrik hiburan di Kota Toronto.
Bangunan yang berdiri sejak tahun 1992 ini dibangung dengan menggunakan struktur baja dan dinding kaca full di sekeliling gedung. Tiang-tiangnya disusun menyerupai deretan pohon Maple di sepanjang jalan Kota Toronto.
4. Super Tree Grove, Singapore
Nah, mungkin ada Observers yang sudah pernah berkunjung ke Super Tree Grove yang terletak di Garden by the Bay, dimana didiriakn 18 pohon mekanis super tinggi untuk menghidupkan konsep hutan buatan. Super Tree Grove ini didesain oleh Grant Associates, dan didirikan oleh Atelier One dan Atelier Ten.
Struktur pohon dengan tinggi antara 20 sampai 50 meter ini meniru perilaku pohon, sehingga beberapa fungsi pohon seperti menghasilkan tenaga solar, menampung air hujan dan berfungsi sebagai ventilasi udara untuk konservatori. Di malam hari kanopi akan menyala dengan lampu berwarna warni, sehingga menjadi tourist spot yang populer dan spektakuler.
Bukan hanya itu, Super Tree Grove ini juga memiliki fungsi sebagai dasar untuk menumbuhkan sekitar 220,000 tanaman dari seluruh benua.
Sumber: