Penulis: Andria Harahap | Editor: Ratna MU Harahap
Halo Observer, siapa nih Observer yang sudah ikut uji coba naik kereta cepat Jakarta – Bandung atau Whoosh ? Beberapa waktu lalu sempat dibuka pendaftaran untuk mengikuti uji coba kereta cepat untuk masyarakat umum, dan ternyata peminatnya amat membludak. Siapa yang tidak penasaran coba menempuh perjalanan Jakarta Bandung yang normalnya antara 3 jam , hanya dalam waktu 30-40 menit?
Memiliki panjang trase atau track 142,3 km yang terbentang dari Jakarta hingga Bandung, Whoosh memiliki empat stasiun pemberhentian , yaitu di Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar. Pada pelaksanaannya setiap stasiun akan terintegrasi dengan moda transportasi massal di setiap wilayah. Kecepatan operasional rata-rata dari Whoosh adalah 350km/ jam sehingga ia bisa memangkas waktu tempuh sedemikian rupa.
Sebelum Whoosh dioperasikan di Indonesia, ternyata sudah ada beberapa negara yang juga memiliki moda transportasi ini , yaitu :
Shinkansen (Jepang)
Pasti yang terlintas pertama di pikiran Observer kalau bicara mengenai kereta cepat adalah Shinkansen di Jepang. Sampai saat ini Shinkansen masih jadi high speed rail tercepat di dunia. Bahkan Shinkansen L0 yang merupakan pengembangan paling mutakhir memiliki kecepatan maksimal hingga 602 km/jam.
Selain itu, dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki, Shinkansen bisa dioperasikan tanpa awak kemudi, dan bahkan ketika ada kegagalan system, kereta tersebut tetap bisa dikendalikan dari jarak jauh.
Shanghai Maglev (Cina)
Shanghai Maglev dikenal sebagai Shanghai Transrapid memiliki kecepatan operasi maksimum 460 km/jam dan kecepatan rata-rata 251 km/jam. Kereta ini memiliki rekor kecepatan tertinggi 501km / jam. Kereta ini dioperasikan dengan menggunakan gaya elektromagnetik untuk melayang di atas lintasan sehingga minim gesekan dan memungkinkan perjalanan yang sangat mulus dan tenang.
Selain Shanghai Maglev, Cina juga memiliki beberapa kereta cepat lain seperti CR Harmony dan CR Fuxing.
TGV (Prancis)
TGV (Train a Grande Vitesse) dikembangkan oleh Alstom dan SNCF, duo perusahaan terkemuka di Eropa. Kecepatan operasi rata-rata TGV mencapai 320 km per jam dalam sehari-harinya dan maksimal 575 km/jam. Yang istimewa dari TGV ini adalah ia tidak hanya menjadi penghubung antar kota saja, melainkan juga antar negara. TGV Menghubungkan beberapa negara Eropa seperti Belgia, Luksemburg, Jerman, Swiss, Italia, Spanyol, hingga Belanda. Selain itu, ada juga kereta TGV yang dibuat khusus untuk pengiriman surat dari Lyon Prancis.
The ICE 3 (Jerman)
Kereta ICE ini merupakan kereta yang menghubungkan kota-kota yang ada di Jerman. Untuk kereta cepatnya mereka memiliki The ICE 3 , yang menghubungkan Frankfurt dan Cologne. Rencananya pada tahun 2024 The ICE 3 juga akan melayani jalur antar negara ke Belgia dan Belanda. Kecepatan rata – rata The ICE 3 mencapai 320km/jam.
Al Boraq (Afrika)
Afrika juga ternyata punya kereta cepat loh Observer. Kereta bernama AL Boraq ini adalah kereta berkecepatan tinggi pertama dan satu-satunya milik Afrika yang beroperasi di negara Maroko. Dengan kecepatan rata-rata 320km/jam , kereta dengan kapasitas penumpang 533 orang ini memangkas setengah waktu perjalanan antara Casablanca dan Rabat, dari hampir lima jam menjadi dua jam saja.
Ternyata sudah banyak negara yang mengandalkan kereta cepat sebagai moda transportasi antar daerah, dan bahkan antar negara ya. Pengoperasian kereta cepat diklaim memberikan banyak benefit bagi masyarakat, terutama dalam segi investasi daerah, aksesibilitas dan transportasi serta iklim perekonomian regional.
Salah satu sektor yang akan akan terkena imbas dari keberadaan kereta cepat adalah sektor properti, terutama di wilayah-wilayah yang ada di sekitar stasiun-stasiun kereta cepat. Dengan peningkatan mobilitas, tentu saja permintaan akan tempat tinggal atau ruang komersial akan meningkat sehingga nilai properti di daerah tersebut kemungkinan akan meningkat.
Dari segi pemilik rumah, tentu saja lokasi yang dekat dengan stasiun kereta cepat akan memberikan double benefit. Selain nilai investasi meningkat, mobilitas pun akan semakin efisien. Bukan tidak mungkin seorang pekerja asal Bandung yang bekerja di Jakarta, atau sebaliknya yang biasanya hanya pulang setiap akhir minggu jadi bisa pulang-pergi dengan jarak tempuh yang singkat.
Nah untuk Observer yang tertarik, mungkin bisa melirik Padma House sebagai pilihan investasi properti. Lokasinya hanya 15 menit dari Stasiun Tegalluar , sehingga perjalanan dari rumah ke Jakarta dan sebaliknya hanya memakan waktu 45 menit saja. Selain itu keunggulan lain dari lokasi Padma House adalah memiliki 3 akses utama yang bebas macet.
Padma House juga terletak di kawasan yang sudah hidup, sehingga beragam kebutuhan mulai dari mini market, sekolah sampai rumah sakit semua bisa dicapai dalam waktu kurang dari 15 menit.
Observer juga pasti jatuh hati dengan desain dan layout dari Padma House yang mengusung konsep modern tropis. Perpaduan desain fasad yang unik dengan layout yang nyaman membuat Padma House akan menjadi hunian yang ideal. Seperti juga tagline dari Padma House “Karena hidup hanya satu kali berikan yang terbaik untuk ANDA- DIA – MEREKA “