Saya sering mendengar beberapa orang yang berinvestasi pada lukisan. Dikala pandemi seperti saat ini ketika semua investasi tambah rapuh, saya jadi penasaran dengan jenis investasi yang satu ini. Benar tidak ya, lukisan layak dijadikan salah satu alternative investasi? Kalau kita lihat karya beberapa pelukis legendaris seperti Affandi yang sempat di jual di balai lelang Christie’s di Hong Kong sebesar Rp. 4,34 Milliar dan lukisan Raden Saleh yang pernah mencetak rekor harga sebesar Rp. 119,9milliar dan terjual di Perancis – ini memang membuat lukisan terlihat seperti alternatif investasi yang menggiurkan. Karena penasaran dan memang ingin mendapat bekal tambahan just in case klien saya ada yang bertanya, maka saya pun menginterview Ristyo Eko Hartanto, Seniman yang dikenal dengan nama R.E. Hartanto tapi akrab dipanggil Tanto ini sudah berkiprah sebagai perupa dengan berkarya, mengikuti pameran kelompok dan pameran tunggal, membuat lokakarya dan proyek seni rupa, juga mengikuti program artist in residence di berbagai kesempatan. Selain berkarya Tanto juga mengajar kursus dan menulis blog seni rupa.

[URIS id=8163]

Pertanyaan pertama saya pada Tanto seputar fakta bahwa harga lukisan dari seniman yang sudah meninggal biasanya naik dibandingkan harga lukisan ketika sang pelukis masih hidup. Tanto mengakui bahwa harga lukisan memang bisa naik pada saat sang pelukis meninggal dunia, dikarenakan pada saat sang pelukis meninggal, maka supply terhadap lukisan karya sang pelukis tersebut habis. Tapi, kalau berbicara investasi lukisan, ada hal penting yang harus diingat bahwa kenaikan harga tersebut berbeda-beda, tergantung siapa pelukisnya. Apabila semasa hidup, nilai atau harga lukisan seorang pelukis sudah terbilang tinggi, maka pada saat seniman tersebut meninggal dunia, nilai lukisannya bisa bertambah berkali lipat. Tapi apabila Observer membeli lukisan yang memang awalnya harganya kurang baik di pasaran, maka kemungkinan lukisan tersebut menghasilkan return yang tinggi cukup kecil. At least, Tanto percaya bahwa 99% market lukisan bergerak seperti ini. Pengecualian yang 1% ini yang seru karena inilah yang terjadi pada Vincent Van Gogh. Semasa hidupnya, lukisannya sama sekali tidak terkenal dan tidak berharga hingga lukisannya ditemukan oleh Akademisi dan mulai lah terjadi lonjakan harga lukisan karya Van Gogh. Kini, beberapa media menyebutkan bahwa harga lukisan Van Gogh yang berjudul Starry Night bisa mencapai harga USD100 juta!

Intinya, tidak dapat dijamin bahwa apabila Observer membeli sebuah lukisan dari seorang seniman yang masih hidup maka pada saat sang pelukis meninggal, Observer akan menerima return on investment yang menggiurkan. Observer tetap harus melihat harga pasar lukisan tersebut saat sang seniman masih hidup.

Faktor kedua yang saya tanyakan apakah aliran baru dalam lukisan bisa menentukan kenaikan harganya. Tanto percaya bahwa dalam dunia kontemporer ini, sudah hampir tidak ada yang bisa disebut “aliran” baru, apalagi kalau aliran baru diartikan sebagai aliran yang berbeda dengan yang sudah ada dan memiliki pengikut setia. Dengan terbukanya informasi, hampir setiap hari ada jenis lukisan baru dan oleh karena seringnya aliran baru ini muncul, kemunculannya tidak lagi menentukan harga lukisan tersebut.

Selama ngobrol dengan Tanto, saya menyadari ada persamaan dengan pasar investasi lainnya, terutama pasar saham. Contoh harga lukisan sebelum dan sesudah pelukis meninggal ini kalau di pasar saham akan setara dengan investasi di saham-saham blue chips dimana kenaikan harganya akan lebih stabil dan lebih terprediksi dari tahun ke tahun.

Tapi tentu saja, secara umum, investasi lukisan, ternyata, tidak bergerak sebebas pasar saham biasa. Contohnya, jual beli lukisan, sangat ditentukan oleh apa dan siapa kita dalam dunia koleksi seni lukis. Apabila ada 10 orang calon pembeli, pelukis cenderung akan memilih pembeli yang memang sudah memiliki reputasi sebagai kolektor serius lukisan karena orang-orang ini memiliki pengaruh di pasar. Jadi bukan semata-mata apabila seorang calon pembeli adalah seorang pesohor, maka orang tersebut akan dapat dengan mudah membeli lukisan bertaraf koleksi. Haruslah seorang pesohor dengan reputasi baik sebagai seorang kolektor seni atau memang seorang kolektor seni sungguhan yang disegani di dunia seni rupa. Tanto menyebutkan nama dr. Oei Hong Djien dan Ir. Ciputra sebagai sebagian kolektor yang disegani di dunia lukis. Faktor apa dan siapa dalam pasar seni lukis menjadi salah satu penyebab pasar lukisan sulit terprediksi yang menyebabkan hasil investasinya juga sulit diprediksi.

Oleh karena itu, kalau kita berbicara “investasi lukisan”, Tanto menyarankan agar investasi lukisan, janganlah dilihat seperti investasi saham yang lebih banyak ditentukan oleh hal-hal logis. Dengan lukisan, harus bermain rasa. “Investasi Lukisan” harus dimulai dari kecintaan kita akan seni lukis dan lukisan. Awali dengan membeli karya yang memang kita sukai. Dibandingkan pasar saham, kita hanya akan membeli saham yang secara fundamental baik, bukan karena saya suka pada perusahaan tersebut. Sehingga apabila nantinya harga lukisan ini tidak take-off, kita tetap merasakan kepuasan pribadi memandangi karya indah milik kita tersebut.

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *