Penulis: Dian Prima | Editor: Ratna MU Harahap

First1

Membuka pintu rumah dan merasakan hembusan udara pagi hari, memang selalu menyegarkan. Kalau saja tak perlu ke kantor, pasti saya akan lebih memilih duduk di teras sambil menikmati secangkir teh hangat. Selain udara segar, aroma rumput basah sisa embun semalam sempat menggoyahkan komitmen.

Tak ingin dilakukan, tapi aktivitas rutin itu memang harus tetap berjalan. Demi mempertahankan asap dapur tetap mengebul. Jadi, tak ada yang perlu diperdebatkan.

Selain aroma segar dari pekarangan rumah, ada lagi yang membuat hari ini terasa lain. Ada rasa membuncah di dada yang sulit dideskripsikan. Kalau saja dada ini bisa dibelah, rasa itu sudah saya peluk agar lebih tenang. Seandainya semudah itu menenangkan kegalauan hati ini. Antara senang dengan cemas. Antara ingin terus senyum, tapi juga mengernyitkan dahi. Posisi duduk di mobil juga serba salah. Ah, semuanya jadi terasa kurang tepat. Sampai-sampai bercermin pun enggan.  Kurang lebih, beginilah rasanya jika harus menghadapi pengalaman pertama. Meski bukan sepenuhnya untuk yang pertama kali, tapi tetap saja rasa campur aduk itu muncul.

Padahal, beberapa hari sebelumnya saya sangat yakin dengan level kepercayaan diri di atas rata-rata. Baju yang akan dikenakan sudah serasi dengan warna sepatu. Lalu model rambut harus tetap “on”, supaya tone warna rias wajah tidak kalah saing. Okay, sepertinya semua sudah beres. Dan ketika harinya kian mendekat, secara perlahan excitement tersebut dikuasai oleh rasa cemas yang mendadak sulit diajak kompromi. Irama degup jantung mulai tidak selaras. Telapak tangan terasa dingin. Ulu hati mendadak nyeri. Baiklah, saya coba untuk menenangkan diri. Tarik napas dalam, pelan-pelan hembuskan. Tarik napas dalam, tahan sejenak, lalu hembuskan lagi. Berulang-ulang.

First2

Antara Seru dan Ragu

Di setiap langkah kehidupan, kita pasti pernah mengalami hal serupa di atas. There’s always the first time for everything. Baik dalam suka maupun duka. Baik spontan maupun direncanakan.  Keseruan hidup memang penuh kejutan.

Tak terelakkan, muncul ragu ketika kita akan melakukan sesuatu yang baru. Terlalu lama berada di zona nyaman, tanpa disadari membuat kita mager alias malas gerak. Sudah sangat nyaman dengan lingkungan sekitar, buat apa harus mencari tantangan baru? Sementara itu, tanpa kita sadari bahwa merasa nyaman di zona nyaman, bukan karena nyaman semata. Tapi, terlalu cemas menghadapi apa yang ada di luar sana. Rasa nyaman dengan lingkungan sekitar yang sudah kita kenal baik akan terganggu ketika kita harus berada di tengah situasi yang baru. Nah, apa, sih, yang biasa dikhawatirkan? Tak lain adalah insecurity.

First3

Dan Sekarang Saya Sedang Insecure. Oh, Tidak!!!

Insecurity adalah perasaan tidak percaya diri yang diikuti dengan kegelisahan. Apakah warna sepatuku terlalu mencolok? Barusan ketawaku terlalu keras, ya? Model rambut seperti ini cocok di aku? Dan sejuta pertanyaan lain yang menyangkut rasa percaya diri. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari beberapa laman, insecurity atau kegelisahan ini akibat dari pengalaman atau luka masa lalu – misal: kehilangan pekerjaan, lalu dari tudingan sosial – misal: korban bully, dan bisa juga dari sifat perfeksionis – yang menuntut diri untuk selalu sempurna.

Hal ini memang tak bisa dianggap remeh. Seringnya berujung ke kesehatan mental, depresi, dan cemas berlebihan. Lalu menimbulkan penyakit psikosomatis, seperti asam lambung yang meningkat, sakit kepala, atau muncul gatal-gatal. Nah! Sebelum mengartikannya terlalu jauh, tak selamanya insecurity ini memiliki persepsi negatif, lho. Mari kita lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Mengendalikan rasa insecure yang kehadirannya tidak diundang memang butuh usaha ekstra dan waktu. Tapi, jangan biarkan perasaan ini yang memiliki kendali atas diri Anda. Jadikan insecurity ini sebagai cambuk dan tantangan baru. Dan ketika bisa mengalahkannya, satu juta poin kemenangan untuk Anda, untuk saya, untuk kita semua. Masih ingat peribahasa anjing menggonggong kafilah berlalu? Yuk, coba praktekkan peribahasa ini, sambil memulai melakukan hal baru yang bikin Anda bahagia lahir batin. Terbangkan cita-cita Anda ke atas langit yang sangat jauh. Ketika saatnya tiba, yang dulu Anda sebut dengan cita-cita, sekarang menjadi karunia berlipat ganda yang sengaja diturunkan untuk Anda.

First4

Terima kasih – Terima kasih – Terima kasih

Menikmati sisa hari sambil bersantai di sofa lebar yang empuk, tubuh ini seperti dipeluk kenyamanan. Ruang keluarga kembali sepi. Semua anggota keluarga sudah masuk ke kamarnya masing-masing. Terdengar sayup denting piano dari irama lagu bossanova, menambah suasana temaram ini semakin relaks. Belum sempat mengganti aroma patchouli di reed diffuser, tak jadi masalah. Atmosfir hangat ruang keluarga ini selalu jadi safest spot di rumah ini.

Rasanya tak ingin disudahi terlalu cepat, tapi apa daya jarum jam terus berjalan dan kaki harus tetap melangkah. Ke mana arahnya, ikuti saja. Tak perlu direncanakan terlalu jauh. Cukup rasakan apa yang terjadi saat ini. Karena, besok punya ceritanya sendiri. Oh ya, bahkan saya sudah lupa kehebohan tadi pagi saat harus bergelut dengan kecemasan. Ternyata semudah itu. Saya pun melenggang ke kamar dengan senyum kemenangan.

About Author

administrator

Property Observer adalah portal yang memberi informasi secara up to date dan informatif, baik dalam segi lifestyle , bisnis, dan segala jenis aspek kebutuhan. Namun dari semua itu ada satu aspek yang sangat di butuhkan oleh manusia yaitu property.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *