Penulis: Firsa Amanda | Editor: Ratna MU Harahap

Pernahkah Observer membayangkan bagaimana para atlet Olimpiade pada zaman dahulu bertanding? Fakta uniknya adalah ternyata para atlet saat bertanding tidak menggunakan sehelai pakaian pun. Ya, Observer tidak salah dengar. Atlet Yunani kuno bertanding telanjang, sebuah tradisi yang mencerminkan lebih dari sekadar keberanian. Mari kita telusuri lebih bagaimana dan mengapa tradisi ini berkembang serta beberapa cerita menarik di baliknya.
Salah satu perbedaan mencolok antara Olimpiade kuno dan modern adalah bahwa para atlet di zaman dahulu bertanding tanpa pakaian. Sementara di Olimpiade modern, semua atlet selalu memakai pakaian, para atlet Yunani kuno justru bertanding telanjang. Ketelanjangan ini tidak hanya berfungsi sebagai semacam seragam nasional, tetapi juga sebagai simbol budaya yang membedakan mereka dari saingan mereka, Persia, yang menganggap tampil telanjang tidak sopan. Selain itu, bertanding telanjang, seringkali dengan tubuh dilumuri minyak zaitun, juga merupakan cara bagi para atlet untuk menunjukkan status, kebebasan, dan kebajikan fisik. Menurut sejarawan Donald Kyle, di Yunani Arkaik, membuka pakaian sepenuhnya untuk berolahraga adalah bentuk komunikasi tegas tentang kejantanan, etnisitas, status, kebebasan, hak istimewa, dan kebajikan fisik. Beberapa atlet juga menganggap bertanding telanjang sebagai penghormatan kepada dewa Zeus. Bahkan, kata “gymnasium” dan “gymnastics” berasal dari kata Yunani “gymnasion,” yang berarti tempat untuk berlatih atau berolahraga telanjang.
Meskipun pada akhirnya menjadi tradisi bagi atlet Yunani kuno untuk bertanding telanjang, hal ini tidak terjadi sejak awal. Beberapa artefak dari periode Minoa (yang berakhir sekitar 1200 SM) menunjukkan bahwa atlet Athena dulu bertanding dengan memakai cawat (sepotong kain berbentuk persegi panjang yang disampirkan di pinggul dan selangkangan). Tradisi bertanding telanjang ini diyakini dimulai pada Olimpiade ke-15 sekitar tahun 720 SM. Menurut catatan sejarah, Orsippus dari Megara adalah atlet pertama yang bertanding telanjang. Ceritanya, Orsippus kehilangan cawatnya saat berlomba, tetapi ia terus berlari dan memenangkan perlombaan. Sebuah epitaf (tulisan yang dibuat untuk menghormati dan mengenang prestasinya sebagai atlet pertama yang bertanding telanjang di Olimpiade) yang dikaitkan dengan penyair Simonides dari Ceos menyatakan, “Pertama dari orang Yunani di Olympia, ia dimahkotai saat telanjang; sebelum dia, semua kontestan memakai cawat di stadion.”

Secara Angka

Tahun pertama Olimpiade kuno yang didokumentasikan diadakan

776 SM

Panjang perkiraan (dalam meter) dari perlombaan pertama yang dimenangkan oleh atlet telanjang

185m

Perkiraan peserta dalam Naked Bike Ride tahunan terbesar di Portland, Oregon

10,000

Tahun pertama Olimpiade modern (dengan pakaian lengkap) diadakan di Athena, Yunani

1896

Hadiah untuk pemenang Olimpiade pertama yang didokumentasikan adalah sebuah apel.

Pada Olimpiade pertama yang diadakan pada tahun 776 SM, hanya ada satu acara, yaitu perlombaan sepanjang 630 kaki yang disebut “stade”. Perlombaan ini dimenangkan oleh seorang juru masak bernama Coroebus dari Elis. Alih-alih menerima medali emas seperti pemenang Olimpiade modern, Coroebus diberi hadiah sebuah apel. Apel adalah simbol suci dalam beberapa legenda Yunani, seperti legenda Atalanta dan Melanion, di mana Melanion menggunakan apel yang diberikan oleh dewi Aphrodite untuk memenangkan perlombaan melawan Atalanta. Mulai dari Olimpiade ketujuh, hadiah untuk pemenang berubah menjadi mahkota zaitun, sebuah tradisi yang berlanjut hingga Olimpiade dihentikan pada tahun 393 M. Medali emas baru menjadi hadiah standar untuk pemenang tempat pertama pada Olimpiade modern di St. Louis pada tahun 1904.

Bagaimana pendapatmu Observer? Sangat tidak terbayang ya, jika olimpiade saat ini masih dengan tradisi telanjang. Untung saja saat ini banyak kebijakan seperti standar pakaian, sepatu, ataupun alat olahraga lainnya yang digunakan untuk para atlet yang harus diikuti ketika mengikuti olimpiade.

About Author

The Observer magazine

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *