Berdasarkan data Facebook, saat ini ada 22,000 orang berkewarganegaraan asing yang tinggal di BSD. Seiring dengan padatnya kota Jakarta, perusahaan – perusahaan besar nasional maupun multinasional mulai memindahkan lokasi usahanya ke daerah – daerah sayap dari pusat kota Jakarta, salah satunya adalah BSD. Tercatat, Unilever HQ hingga Astra International sudah mulai memindahkan kantor pusat mereka ke BSD. Bahkan di tahun 2019, BSD berencana mendedikasikan Kawasan Digital Hub sebagai “Silicon Valley” Indonesia. Langkah penting sudah terlaksana di tahun 2017 pada saat Apple menyewa lahan di BSD sebagai pusat penelitian dan pengembangan di BSD City. Setelah kawasan ini siap, Apple berencana membangun pusat penelitian dan pengembangan yang tetap dengan dana investasi sebesar Rp 585 miliar.
Jadi apa hubungan antara expatriate yang berdatangan ini dengan kepemilikan rumah/apartemen Observer di BSD City?
Masalahnya adalah:
1. Syarat bagi warga negara asing (WNA) untuk memiliki rumah atau apartemen banyak dan tidak mudah.
2. Tidak semua expatriate berencana untuk tinggal di Indonesia untuk waktu yang cukup lama sehingga proses jual dan beli property yang panjang menjadi tidak menarik.
3. Tidak semua expatriate memiliki penghasilan yang mumpuni untuk membeli rumah/apartement sesuai persyaratan.
Artinya Observer, dengan bertambahnya jumlah expatriate di BSD City, maka peluang Observer yang berinvestasi di BSD City terutama investasi pada cluster yang lebih murah seperti Alesha, untuk mendapatkan passive income terbuka lebar. Coba kita lihat beberapa persyaratan bagi WNA untuk memiliki rumah / apartemen di Indonesia ya:
Pasal 2 Permen Agraria 13/2016 menyebutkan bahwa:
1. Pembelian rumah tunggal atau satuan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2), dengan syarat merupakan pembelian baru/unit baru berupa bangunan baru yang dibeli langsung dari pihak pengembang/pemilik tanah dan bukan merupakan pembelian dari tangan kedua.
2. Pembelian rumah tunggal atau satuan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan rumah tunggal atau satuan rumah susun dengan harga minimal sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Untuk DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat sendiri nilai minimal yang dimaksud dalam peraturan tersebut adalah sebesar Rp. 5 milliar.
Mulai terbayangkan potensi passive income yang bisa dihasilkan oleh Alesha? Untuk lebih jelasnya, ini kenapa Alesha bisa menjadi pilihan unggul bagi para expatriate:
1. Dengan harga beli yang tidak terlalu tinggi, otomatis, harga sewa Alesha akan lebih menarik dibanding rumah – rumah atau apartemen – apartemen lain yang tersedia di BSD City.
2. Memiliki kolam renang semi private yang merupakan “a must” untuk menyewakan property bagi warga negara asing. Kalau belum puas dengan kolam renang di depan rumah, penyewa rumah Observer masih bisa menikmati berbagai fasilitas termasuk kolam renang di Club House Vanya Park.
3. Dengan layout-nya yang terdiri dari kamar diatas dan dibawah, bisa digunakan untuk share dengan beberapa single expatriate. Roomating sebenarnya merupakan pilihan yang lebih unggul untuk single expatriate karena selain bisa mengehemat biaya, sungguh, memiliki teman untuk berjuang bersama di negeri orang sangat membantu melawan home sick hingga proses adaptasi dan belajar mengenai lingkungan sekitar.
4. Danau Vanya Park tetap menjadi andalan karena dapat digunakan sebagai sarana berolahraga alami yang kerap digemari WNA.
Kesimpulannya, ayo Observer segera ambil peluang ini untuk meraih passive income yang diidamkan agar kemapanan Observer semua bisa segera diraih!
Referensi:
1. https://www.liputan6.com/properti/read/3459656/syarat-warga-asing-beli-properti-di-indonesia – Diakses 20 November 2018
2. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5715b58ae2a3a/ini-syarat-rumah-dan-apartemen-yang-dapat-dibeli-wna – Diakses 20 November 2018
