Penulis: Firsa Amanda | Editor: Ratna MU Harahap

Ketika tahun ajaran baru telah dimulai, Legislator di California baru saja mengesahkan undang-undang yang melarang dan membatasi penggunaan ponsel di sekolah, dan New York City menjanjikan larangan serupa, meskipun waktunya masih belum pasti. Florida dan Indiana telah mengesahkan undang-undang serupa, dan sekolah-sekolah di berbagai negara seperti Prancis, Belgia, dan Hongaria juga sedang bereksperimen dengan larangan atau pembatasan ketat.

Beberapa kebijakan ini bersifat lokal, beberapa bersifat nasional, dan lainnya hanya berlaku di sekolah tertentu. Namun, tampaknya kita telah mencapai titik balik.

Jadi, seperti apa sekolah yang bebas ponsel itu? Di beberapa kasus, ponsel siswa disimpan di loker mereka, atau di lemari khusus ponsel. Di banyak sekolah, terutama di AS, ponsel akan dimasukkan ke dalam kantong Yondr.

Yondr membuat kantong berbahan neoprene seperti kaus kaki untuk ponsel. Berbeda dengan casing tradisional, tujuan utama kantong ini adalah membuat ponsel Observer sementara tidak dapat digunakan. Observer memasukkan ponsel ke dalam kantong tersebut dan dikunci dengan magnet. Ini sedikit mirip dengan bagaimana label anti-pencurian dipasang pada pakaian di toko. Observer bisa memegang kantong tersebut selama berada di zona bebas ponsel yang diawasi oleh Yondr. Ketika keluar, kantong Yondr akan dibuka kembali, dan Observer bisa kembali menggunakan ponsel seperti biasa.

Sejak didirikan 10 tahun yang lalu, Yondr telah menjadi pemimpin di bidang pengawasan ponsel. Menurut juru bicara perusahaan, Yondr bekerja sama dengan sekolah di semua 50 negara bagian di AS dan di 27 negara lain, dan akan digunakan oleh lebih dari 2 juta siswa pada akhir tahun 2024, dua kali lipat dari jumlah pada akhir tahun 2023. Biayanya sekitar $30 per siswa di tahun pertama, setelah itu sekolah membayar untuk peralatan pengganti jika diperlukan.

Dan bukan hanya sekolah. Musisi dan komedian ternama juga penggemar Yondr: Jack White, The Lumineers, Dave Chappelle, dan Ali Wong membuat penonton di acara mereka menggunakan kantong Yondr. Sebagian alasan adalah untuk mencegah orang merekam video ilegal dari penampilan mereka. Namun, ini juga membantu penonton benar-benar menikmati pertunjukan saat sedang berlangsung, bukan menghabiskan waktu menontonnya melalui ponsel saat merekam.

Jika teknologi seperti ini diadopsi di Indonesia, bagaimana ya Observer? sekolah bisa menjaga fokus siswa pada pelajaran tanpa mengabaikan kebutuhan akan akses darurat. Di sisi lain, teknologi ini juga dapat menjadi alternatif untuk memfasilitasi kebijakan yang lebih fleksibel terkait penggunaan ponsel di sekolah. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan ponsel yang tidak terkendali, mungkin kedepannya kita akan melihat lebih banyak sekolah di Indonesia menerapkan pendekatan semacam ini untuk menjaga produktivitas siswa di kelas.

Bagaimana menurut pendapat observer?

About Author

The Observer magazine

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *